Pend & Budaya

BEM UNSA Gelar Doa Bersama di September Hitam

Pend & Budaya

25 September 2023 14:16 WIB

Acara doa bersama dan penyalaan lilin guna mengingat kembali berbagai tragedi pada September Hitam. (Foto: Dok. solotrust.com/Kholidah Kurniasari)

SOLO, solotrust.com - Kelamnya Bulan September atas berbagai tragedi yang terjadi di Indonesia, dimulai dari Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) 1965, tragedi Tanjung Priok1984, tragedi Semanggi II 1999, pembunuhan Munir 2004, terbunuhnya Salim Kancil 2015, tragedi reformasi di korupsi 2019, dan tragedi Pulau Rempang 2023 yang menambah rentetan daftar September Hitam.

Hal ini membuat mahasiswa Solo mengingat kembali ketidakadilan dan menyuarakan aspirasinya pada Jumat (22/09/2023). Kegiatan dipusatkan di halaman depan Auditorium Prof. HS Brodjosujono Universitas Surakarta (UNSA) pukul 19.00 WIB, mengundang perwakilan mahasiswa dari universitas se-Soloraya, menjadikan tempat ini sebagai saksi bisu di mana pada malam tersebut para mahasiswa memperjuangkan hak asasi manusia (HAM).



Ingatan momentum pahit yang terjadi di Bulan September dibuka kembali. Para mahasiswa hadir di UNSA, baik dari Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), Universitas Islam Batik (UNIBA), Universitas Sahid, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mitra Husada, dan Universitas Muhammadiyah Karanganyar (UMUKA) mengikuti serangkaian kegiatan dari menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Mahasiswa, Buruh Tani, Surat buat Wakil Rakyat, dan Peradaban.

"Kebenaran tak kan pernah mati, cahaya tak kan meredup ditelan kepalsuan. Aku mengepalkan tangan semacam dendam yang tertunda, seperti amarah yang tertahan menunggu sumbu waktu, meledakkan keangkuhan kekuasaan yang mempermainkan kemanusiaan," ucap salah satu mahasiswa lewat puisi yang dibacakan di hadapan peserta.

Acara diakhiri pembacaan doa secara khidmat dengan suasana redup diterangi cahaya lilin dibawa masing-masing mahasiswa. Lilin selanjutnya ditiup dengan harapan berhentinya permasalahan yang ada di Indonesia.

Selain itu dilakukan pula tabur bunga ke foto tokoh-tokoh yang telah gugur sebagai simbolis bentuk tidak melupakan perjuangan mereka dalam September Hitam ini.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNSA, Muhammad Matnor, mengatakan lewat aksi ini mahasiswa ingin membangun iklim peduli terhadap sesama.

"Kami ingin membangun iklim peduli terhadap sesama, terhadap kasus-kasus yang belum terselesaikan oleh negara dan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh negara terhadap masyarakatnya," ucapnya.

*) Reporter: Kholidah Kurniasari/Suci Rahayu

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya