SEMARANG, solotrust.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang tengah menggalakkan program penurunan dan penghapusan kemiskinan ekstrem dengan mengintervensi sektor pendidikan.
Hal ini disampaikan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu usai meresmikan Permata Bangsa School Semarang, Senin (23/10/2023).
"Sesuai arahan bapak presiden, ada empat fokus pemerintah pada 2023, yakni ketahanan pangan, pengendalian inflasi, kemiskinan ekstrem, dan stunting," urai Mbak Ita, sapaan akrabnya, Senin.
Menurutnya, Pemkot Semarang sedang berusaha mengupas satu per satu permasalahan kemiskinan ekstrem.
"Data pada Maret 2023 lalu dari 13 indikator kemiskinan ekstrem, tercatat ada sekitar 2.646 individu dan 518 keluarga masuk dalam kategori keluarga miskin," beber Mbak Ita.
Setiap bulan, lanjut dia, Pemkot Semarang terus melakukan intervensi dengan berbagai program dan bantuan.
"Alhamdulillah hingga saat ini angka keluarga miskin di Kota Semarang tinggal 260-an atau sekitar 120 keluarga," ungkap wali kota.
Adapun dari 13 indikator, ada indikator kemiskinan ekstrem menjadi sorotan, yakni sektor pendidikan.
"Kami sudah lakukan beragam upaya, termasuk program orangtua asuh dan CSR (corporate social responsibility) yang akan membiayai pendidikan anak-anak dari keluarga kurang mampu," kata Mbak Ita.
Anak-anak kurang mampu jenjang SMA, lanjutnya, sudah mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Khususnya dengan penyediaan SMKN Jateng yang memang dikonsep menjadi sekolah kejuruan gratis untuk siswa miskin meliputi asrama, seragam, makan-minum, serta biaya sekolah.
"Sementara untuk yang belum terfasilitasi, saya minta kepala Dinas Pendidikan untuk cari dukungan lain, bisa beasiswa dari perusahaan atau CSR. Alhamdulillah dari Permata Bangsa School juga memberikan lima beasiswa sekolah hingga lulus. Kolaborasi seperti ini yang kami harapkan," papar wali kota.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang, Bambang Pramusinto mengatakan, berbagai upaya pengentasan kemiskinan terus dilakukan, salah satunya dari sektor pendidikan. Dinas Pendidikan Kota Semarang menargetkan 267 anak masuk keluarga miskin ekstrem bisa mengenyam pendidikan dengan layak di semua jenjang.
"Sehingga perlu diintervensi. Tercatat dari 267 anak, alhamdulillah kami sudah mendapat beberapa dukungan. Saat ini tinggal 30 anak," katanya.
Selanjutnya, Disdik Kota Semarang melakukan pemetaan mulai dari jenjang SD, SMP, atau SMA.
"Jenis intervensi yang dilakukan Disdik Kota Semarang, yakni yang pertama dengan memindahkan mereka ke sekolah negeri, sehingga bisa sekolah gratis atau dipindah ke sekolah-sekolah swasta gratis," jelas Bambang Pramusinto.
Kendati demikian, lanjut dia, jika memang anak itu tetap ingin bersekolah di situ, Disdik akan mencarikan CSR.
"Kami buat kolaborasi, seperti di Permata Bangsa School ini memberikan beasiswa kepada lima anak sampai sekolahnya selesai. Kami carikan anak-anak kurang mampu yang tinggal di sekitar Tembalang dan Banyumanik untuk sekolah di Permata Bangsa ini," ujar Bambang Pramusinto.
Tak hanya itu, Disdik Kota Semarang juga akan mencarikan orangtua asuh dan CSR untuk membantu anak-anak kurang mampu agar tetap bersekolah.
"Ke depan, akan kami carikan orangtua asuh yang memberikan beasiswa sampai sekolahnya selesai. Dimulai dari saya dulu sebagai kepala Dinas Pendidikan akan saya biayai satu anak kurang mampu hingga lulus. Saya akan ajak juga pejabat dan kembangkan ke perusahaan serta tokoh masyarakat. Saya yakin dengan begitu persoalan pendidikan ini akan segera selesai," jelasnya. (fjr)
(and_)