Serba serbi

Mengenal Blangkon, Penutup Kepala Pria Jawa yang Sarat Filosofi

Serba serbi

29 November 2023 12:03 WIB

Blangkon Kuswanto, usaha milik keluarga Arif Gunawan yang sudah memproduksi blangkon sejak 1970. (Foto: Dok. solotrust.com/bim)

SOLO, solotrust.com - Kota Solo identik dengan seni, budaya, serta kerajinan tradisional, salah satu dari produk yang dihasilkan adalah blangkon.

Sekadar informasi, blangkon adalah penutup atau ikat kepala lelaki dalam tradisi busana adat Jawa. Sebutan blangkon berasal dari kata 'blanco' (Bahasa Belanda), istilah yang dipakai masyarakat etnis Jawa untuk menyebut sesuatu siap pakai.



Blangkon memiliki makna filosofis mendalam berupa pengharapan dalam nilai hidup. Masyarakat Jawa kuno meyakini kepala seorang lelaki memiliki arti serius dan khusus, sehingga blangkon sudah menjadi pelengkap busana keseharian atau pakaian wajib bangsawan Jawa.

Dahulu, pembuatan blangkon tidak bisa dilakukan sembarangan orang. Hal ini karena terdapat penetapan pakem atau aturan tersendiri. Jadi, hanya seniman memahami dan memiliki keahlian terkait pakem saja yang boleh membuat blangkon.

Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala dibuat dari batik dan digunakan kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa.

Adapun untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang atau disebut mondholan.

Mondholan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon. Lilitan rambut itu harus kencang supaya tidak lepas.

Blangkon banyak jenisnya. Blangkon Surakarta (Solo) berbentuk mondholan trepes atau gepeng, sedangkan mondholan Yogyakarta berbentuk bulat seperti onde-onde. Lain lagi dengan mondholan Ponorogo berbentuk ulekan.

*) Penulis: Jawai Saputra/Putri Suci Apriani/Alendia

(and_)