SOLO, solotrust.com- Sejak tanggal 5 Mei hingga 6 Mei 2018, mahasiswa ISI Surakarta kembali menggelar pameran desain interior yang bertajuk Keporior#3 atau Kepoin Desain Interior.
Istimewanya, di dalam hajatan itu, sejumlah desain dan furnitur karya mahasiswa ISI itu dipajang di salah satu bangunan bersejarah di Kota Surakarta, yakni Pasar Gedhe.
Dibangun pada 1930, Pasar Gede dirancang oleh arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Pasar tertua di kota Solo ini merupakan hasil perpaduan gaya bangunan Belanda dan Jawa.
Menurut Muhammad Rizky selaku Ketua Pelaksana, pemilihan Pasar Gedhe sebagai lokasi pameran sesuai dengan tema "Lawas, Luwes, Lumintu" yang mereka usung. Berasal dari bahasa Jawa, Lawas berarti lama atau tua. Luwes artinya menarik, sedangkan Lumintu memiliki maksud dinamis atau tidak kaku.
Secara keseluruhan, "Lawas, Luwes, Lumintu" yaitu sesuatu gaya lama tapi masih pantas disesuaikan dengan gaya yang berkembang saat ini. Dengan kata lain, memadukan budaya tradisional dengan gaya kontemporer dalam sebuah karya desain interior.
"Kalau digabungin jadi satu, namanya gaya eklektik. Semua gaya dicampurin jadi satu. Gaya modern, tradisional, etnik, jadi satu," terang Muhammad.
Ada lebih dari 30 karya yang ikut meramaikan acara tersebut. Puluhan karya itu terdiri dari sketsa bangunan bersejarah, gambar nirmana 2D dan 3D, maket, dan furnitur.
Berbagai karya dari mahasiswa luar kampus ISI Surakarta juga turut menghiasai ruangan lantai dua Pasar Gedhe. "Ada sekitar 10-20 karya dari luar. Ada dari UNS, ISI Jogja, tapi yang paling jauh dari Universitas Brawijaya (UB), Malang," beber Muhammad Rizky.
Acara Keporior#3 ini pun sukses mendapatkan respon positif dari masyarakat. Terutama saat Workshop, kata Muhammad, banyak peserta yang tertarik ikut.
"Selain pameran, kami juga ada workshop dan sarahsehan. Tujuan kami buat acara ini kan mengenalkan desain interior, khususnya ISI Solo, ke masyarakat umum," tutupnya. (mia)
(wd)