SEMARANG, solotrust.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) membuat berusaha terobosan baru untuk menekan laju inflasi hasil pertanian. Gubernur Jateng mengatakan, pihaknya akan membuat sistem informasi pertanian untuk menekan laju inflasi.
Menurut Ganjar, sektor pertanian selama ini menjadi penyumbang inflasi yang cukup besar, karena hasil pertanian masuk dalam kelompok volatile food (komponen bergejolak).
Khusus untuk beras, Pemprov Jateng sudah membuat RMC yang dapat digunakan untuk pengendali harga. Namun, itu saja tidak cukup, karena menurutnya juga harus ada upaya sistematisasi pertanian di tingkat hulu.
“Nah ini yang sedang kami kejar. Kami ingin membuat sistem informasi pertanian untuk memantau luas lahan, hasil produksi, pasar dan data-data lain untuk menjaga kestabilan harga,” terangnya saat membuka Rapat Koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Jateng di Salatiga, Selasa (26/2/2019).
Menurutnya, kalau data itu dimiliki dan sudah tersusun secara sistematis, bisa diketahui berapa luasan lahan pertanian, sentra-sentra hasil pertanian unggulan, masa penanaman, masa panen dan sebagainya sehingga mempermudah pengambilan kebijakan.
“Misalnya siapa tanam apa di mana, maka akan terdeteksi kapan membutuhkan pupuk, kapan panen, apakah produk pertanian kita cukup atau tidak, apakah ada gejolak harga dan sebagainya. Dengan data itu, maka hasil panen bisa kita tracking. Meski belum tentu presisi, tapi setidaknya kita sudah mengetahui ini surplus apa tidak,” paparnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Hamid Ponco Wibowo mengatakan, perhatian khusus pada volatile food memang penting untuk menjaga kestabilan inflasi.
“Jadi upaya untuk memperbaiki sistem pertanian ini sangat tepat dan penting dilakukan, sebagai salah satu upaya menjaga kestabilan harga,” ungkapnya.
(way)