JAKARTA, solotrust.com - Di hari pertama bekerja setelah Hari Raya Idulfitri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, membaca tiga surat dari siswa-siswi terpilih. Surat-surat tersebut merupakan hasil seleksi dari 6.689 surat yang dikirimkan para siswa SD dan guru se-Indonesia pada 11 hingga 17 Mei 2020 lalu.
Surat pertama yang dibaca Mendikbud datang dari Rivaldi R Yampata, siswa kelas IV SD 016 Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dalam surat itu, Rivaldi menceritakan bagaimana dia harus hidup terpisah dari keluarganya untuk menetap sementara di rumah kerabat agar bisa tetap mengikuti pembelajaran selama masa pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan kondisi keluarga Rivaldi tak memiliki fasilitas pembelajaran memadai seperti gawai maupun internet.
“Tahun ini saya dititipkan mama dengan seorang guru yang sudah lama dikenal. Alhamdulillah selama saya di sini semua tugas yang diberikan guru, bisa saya selesaikan dengan baik karena dibimbing dengan kakak-kakak di rumah saya, Kak Abi dan Kak Tiara. Saya tidak punya HP jadi kalau buat video belajar mereka berdua yang merekam. Saya diberi teks yang harus saya hafalkan, lalu mereka merekam saya melafalkan pelajaran itu, misalnya bacaan salat dan kosakata bahasa Inggris beserta artinya,” demikian sepenggal surat yang ditulis Rivaldi untuk Mendikbud.
Rivaldi yang bercita-cita ingin menjadi polisi juga menguraikan kesehariannya beternak lele menggunakan media drum dan berkebun selama tinggal di keluarga barunya. Mengomentari hal ini, Nadiem sangat terkesan karena Rivaldi dan keluarganya tetap produktif melakukan kegiatan di rumah.
“Meskipun dalam krisis bagus bisa berkreasi menjadi wirausaha,” kata Mendikbud.
Surat kedua yang dibacakan Mendikbud dari Alfiatus Sholehah, siswa kelas VB SDN Pademawu Barat 1, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Seperti halnya Rivaldi, Alfiatus menyampaikan keinginannya untuk segera bisa kembali ke sekolah, bertemu teman dan guru-gurunya.
“Bapak Menteri saya dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu. Orang tua saya hanya buruh tani. Dengan adanya corona, saya jadi bingung karena belajarnya harus pakai HP Android, sedangkan saya tidak punya. Saya juga merasa kasihan karena Ibu saya harus cari hutangan untuk membeli paket internetnya agar saya bisa belajar di rumah. Saya ingin segera masuk sekolah, ingin ketemu guru dan teman-teman saya. Apalagi sekarang bulan Ramadan. Biasanya di sekolah diadakan kegiatan Pondok Ramadan, tapi karena corona semua itu tidak ada lagi,” tulis Alfiatus dalam suratnya kepada Mendikbud.
Menjawab kesulitan Alfiatus tentang paket data internet, Nadiem mengatakan kini dana BOS bisa digunakan untuk membantu siswa membeli paket internet.
“Ingatkan sekolahnya ya,” tegas Menteri Nadiem.
Kemudian ketika ditanya hal penting apa yang bisa diambil sebagai pelajaran atas wabah ini, Alfiatus pun dengan lantang mengatakan kesehatan.
“Kita harus menjaga kesehatan, Kesehatan sangat penting untuk kita semua,” ucapnya.
Berbeda dengan Rivaldi dan Alfiatus, Atrice G Napitupulu, siswa kelas IV SD YPPK Gembala Baik, Jayapura, Papua, membacakan sendiri surat yang ditujukan untuk Mendikbud. Walaupun nonmuslim, Atrice mencurahkan kesedihannya mengingat teman-temannya yang muslim tak bisa mudik dan berkumpul bersama sanak keluarga sebagaimana biasanya akibat Covid-19.
“Saya juga merasa kasihan sama teman-temanku di kompleks yang sedang berpuasa, mereka tidak bisa mudik melihat kakek nenek dan keluarganya, tidak bisa salat bersama-sama di masjid. Itu semua karena virus corona. Lebaran saya juga tidak bisa peta (Pegangan Tangan), makan bakso, es buah, dan uang Lebaran. Saya berharap virus corona cepat berlalu ya, Pak supaya kita semua bisa bersuka cita dan bergembira. Salam hormat,” tutur Atrice.
Kepada mereka, Mendikbud mengucapkan terima kasih telah menulis surat dan berharap untuk tetap semangat.
“Terima kasih untuk masih semangat di saat krisis seperti ini. Saya tahu belajar dari rumah itu nggak mudah, sulit. Kadang-kadang membosankan, kadang-kadang merepotkan, tapi tolong tetap semangat, tetap bantu orang tua, tetap bantu kakak-adik. Kita pasti akan melalui krisis ini bersama asal kita saling mencintai, asal kita saling membantu. Kita kan bisa melalui krisis ini,” pesan Nadiem Makarim.
Pihaknya juga menyampaikan, di tengah pandemi ini, berbagai keterbatasan tidak menjadi alasan. Semua kesulitan pasti akan berakhir dan menjadi hal manis untuk dikenang. Semua orang akan bersemangat untuk beraktivitas kembali. Ruang kelas akan dipenuhi energi dari para pencari ilmu generasi penerus bangsa.
“Saat itu kita akan tahu bahwa kebersamaan kita akan lebih kuat dari sebelumnya, karena kita bertoleransi, karena kita bergotong-royong,” katanya, dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, kemdikbud.go.id.
(redaksi)