SOLO, solotrust.com – Bus Batik Solo Trans (BST) baru saja menambah koridor baru, sehingga total menjadi enam koridor.
“Pada kesempatan yang baik ini kami laporkan bahwa teman bus di Solo akan bertambah pelayanan menjadi 6 koridor di jalur utama, antara lain koridor 5 Terminal Kartasura - Pasar Bekonang PP (Pulang Pergi), serta Koridor 6 di Terminal Tirtonadi – Solobaru PP,” ujar Kasubdit Angkutan Perkotaan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Budi Prayitno saat memberikan laporan pada acara Launching BST Koridor 5 dan 6 di Pendhapi Gedhe Balaikota Surakarta, Kamis (30/12).
Koridor 5 terdiri dari 23 unit bus dan 3 unit bus cadangan dengan jarak tempuh 52,6km sedangkan koridor 6 terdiri dari 10 bus siap operasi dengan jarak tempuh 21,46km. Budi Prayitno mengatakan, bus tersebut dapat menempuh jarak sejauh 7 sampai 12 menit.
“Untuk saat ini teman bus masih belum dipungut biaya sampai dengan adanya peraturan PNBP yang akan dikeluarkan oleh pemerintah,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Walikota Solo, Teguh Prakosa menghimbau kepada pengemudi BST untuk tidak ugal-ugalan dalam mengemudi, karena pengemudi tidak perlu kejar setoran.
“Saya berpesan kepada pengemudi BST supaya selalu berhati-hati dalam menjalankan kendaraan sehingga penumpang merasa aman dan nyaman. Pengemudi tidak perlu kejar setoran karna puncak pelayanan atau Buy The Service (BTS) diberikan secara maksimal sesuai ketentuan. Ongkos akan diganti oleh pemerintah sesuai jarak tempuh,” katanya.
Teguh Prakosa menjelaskan, penambahan koridor akan terus berlanjut hingga sampai Soloraya. Ia berharap, penambahan koridor bisa segera diimplementasikan sehingga bisa menarik minat masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum.
“Koridor ini akan bergerak terus, Solo menuju Sukoharjo kemudian Wonogiri, Solo Karanganyar kemudian Sragen Klaten dan akhirnya menuju Boyolali. Saya kira harapannya dari pemerintah Soloraya, Walikota maupun Bupati se-Soloraya mengharapkan penambahan koridor ini bisa segera di implementasikan,” harapnya.
Disisi lain, Direktur Lalu Lintas Jalan Kemenhub, Suharto mengatakan, BST merupakan salah satu upaya dalam mengurangi gas buang atau polusi udara.
“Tentunya ini menjadi komitmen dari para pemerintah pusat melalui Presiden RI, bahwa kita akan mencoba mengurangi yang namanya emisi gas buang. Tentunya ini bukan hanya menjadi domain dari pemerintah pusat tapi pemerintah daerah juga terkait dengan masalah penurunan emisi gas buang ini,” katanya.
Ia menjelaskan, saat ini banyaknya kendaraan pribadi mencapai 13 persen per tahun di Indonesia sedangkan prasarana umum rata-rata dibawah satu persen.
“Pertumbuhan transportasi khususnya dibidang kendaraan pribadi saat ini rata-rata adalah 13 persen per tahun untuk Indonesia dan pertumbuhan daripada prasarana rata-rata dibawah satu persen bahkan banyak daerah yang pertumbuhannya hanya 0,01 persen. Pertumbuhan kendaraan yang cukup besar seperti itu, maka yang terjadi adalah kepadatan atau macet. Macet tentunya banyak sekali konsekuensi terkait dengan dampak lingkungannya yang tentunya tanpa disadari itu akan berpengaruh kepada kondisi fisik dan tubuh kita semuanya,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia berharap supaya masyarakat bisa beralih menggunakan transportasi umum saja dengan begitu masyarakat bisa melindungi dirinya sendiri maupun orang lain. (athala)
(zend)