BOYOLALI, solotrust.com - Sejumlah umat Hindu di Banyudono, Boyolali menggelar acara mecaru di Pura Bhuana Suci Saraswati Desa Ngaru Aru, Rabu (02/03/2022) petang.
Usai melakukan mecaru di pura, mereka kemudian mengarak ogoh-ogoh keliling kampung sejauh dua kilometer diiringi musik gamelan.
Setelah diarak keliling kampung, ogoh-ogoh kemudian dibakar. Prosesi pembakaran dilakukan tokoh umat Hindu di depan pura.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Boyolali, Heru Kuncoro mengatakan, ogoh-ogoh merupakan lambang dari roh atau energi jahat yang ada pada diri manusia sehingga harus dimusnahkan.
“Ogoh-ogoh ini sebagai perlambang roh jahat yang ada pada diri manusia. Jadi sudah sepantasnya kalau roh jahat itu dimusnahkan,” katanya kepada wartawan.
Diungkapkan, sebelumnya peserta hanya dibatasi sekira 50 orang, namun karena antusias umat Hindu mengikuti ritual tinggi sehingga melebihi rencana semula.
“Antusias warga Hindu mengikuti acara ini bertambah, tadinya hanya 50-an peserta, tapi ini ada seratus lebih. Hal ini mungkin karena sudah lama tidak ada acara seperti ini disebabkan pandemi,” terang Heru Kuncoro.
Ia berharap dengan adanya mecaru dan pembakaran ogoh-ogoh, umat Hindu yang akan melaksanakan Nyepi mendapat keselamatan dan kerahayuan.
“Nantinya setelah acara ini, roh yang akan menganggu diri manusia tidak terjadi karena sudah dilakukan upacara bersama,” kata Heru Kuncoro.
Sementara itu, Camat Banyudono, Jarot Purnama mengatakan, peringatan umat Hindu hari ini, sebelumnya mereka sudah melakukan mendak tirta.
“Mereka sebelumnya sudah melakukan mendak tirta dan sekarang melakukan arak-arakan keliling kampung dengan mengusung ogoh-ogoh,” ucapnya.
Pada situasi pandemi Covid-19 saat ini, umat Hindu yang melaksanakan acara di pura harus mematuhi peraturan pemerintah dengan menjaga protokol kesehatan.
“Boyolali masuk pada level 3, makanya mereka harus taat dengan intruksi bupati dan tetap menjaga protokol kesehatan,” ujarnya. (jaka)
(and_)