SOLO, solotrust.com - Suci Kirana Dewi merupakan atlet boccia mewakili Indonesia berlaga di ASEAN Para Games (APG) XI.
Tak pernah terbayangkan keluarga, Suci Kirana Dewi dapat andil mengharumkan nama Bangsa Indonesia, meski memiliki keterbatasan. Sejak kecil dirinya memiliki semangat juang tinggi.
Suci maju di kategori tunggal putri kelas BC3 berhasil menambah perolehan medali bagi Indonesia.
Kelas BC3 diperuntukkan atlet yang memiliki hambatan fungsi lengan dan kaki, serta kurangnya kemampuan kendali tubuh karena mengidap gangguan otak maupun gangguan lain.
Kondisi fisik ini tak memungkinkan atlet untuk menggenggam, melempar, atau pun mendorong bola saat berada di lapangan. Oleh karena itu diperbolehkan menggunakan incline ramp (bantuan asisten untuk mendorong bola).
Bagi Suci Kirana Dewi, APG XI merupakan laga pertamanya di ajang multiinternasional. Ia bahkan mengaku gugup selama pertandingan. Terlebih banyak penonton datang langsung ke venue (lokasi) pertandingan.
“Ini adalah turnamen internasional pertama saya. Semoga saya bisa lolos ke Paralimpic dan mempersembahkan medali untuk Indonesia,” ucapnya.
Atas tekadnya, Suci Kirana Dewi berhasil mempersembahkan medali perunggu, usai laga melawan atlet Thailand, Juthamat Rattana dengan skor 7-3 di GOR FKOR UNS, Rabu (03/08/2022).
Raihan ini menjadi bukti dengan segala keterbatasan yang dimiliki, dirinya bisa mewujudkan mimpi memberi kebanggaan kepada orangtua, terutama Indonesia.
"Saya ingin membanggakan orangtua. Ini membuktikan bahwa sebagai penyandang cacat juga bisa berpretasi di ajang internasional," kata Suci Kirana Dewi.
Sementara itu, sang ayah, Wuli Santoso, mengaku sempat khawatir akan nasib putri sulungnya lantaran terlahir dengan kondisi cerebral palsy. Namun kekhawatirannya terjawab dengan semangat Suci Kirana Dewi dan prestasinya.
"Sejak kecil dia memang sudah berbakat. Saat masih sekolah dulu juga sering mengikuti lomba, seperti lomba puisi. Saya selaku orangtua hanya mendukung apa pun yang dia inginkan," ungkap Wuli Santoso, saat ditemui di venue Boccia, Rabu (03/08/2022).
Pertandingannya terasa istimewa lantaran Suci Kirana Dewi didukung langsung orang-orang terpenting dalam hidupnya, yakni ayah, ibu, serta adiknya.
Sang ayah bahkan tak bisa menutupi rasa haru setelah putri tercintanya menyumbang medali perunggu.
"Saya sangat bangga sekali. Ini adalah kebanggaan orangtua," kata Wuli Santoso dengan mata berkaca-kaca.
Sebagai orangtua, tentu tidak mudah merawat dan membesarkan anak dengan cerebral palsy. Namun, Wuli Santoso menegaskan, dukungan penuh merupakan salah satu cara untuk membuktikan cinta keluarga terhadap Suci Kurnia Dewi.
Sementara itu, adik sang atlet, Ragil Listyaningrum juga senada dengan sang ayah. Ia mengaku tak menyangka kakaknya bisa menjadi atlet Indonesia dan meraih prestasi di kancah internasional.
"Kami sama sekali tidak menyangka dia bisa sejauh ini karena dia memiliki keterbatasan. Saya sangat bangga dengan prestasi yang diukir olehnya," tutur Ragil Listyaningrum.
Suci Kirana Dewi sebelumnya mendulang emas saat bermain di Pekan Paralimpiade Nasional (Papernas) XVI Papua 2021.
Setelah mendulang medali pertamanya di tingkat Asia Tenggara, Suci Kirana Dewi memasang target tinggi untuk kembali berlaga di Paralimpiade 2024 di Prancis. (riz)
(and_)