Ekonomi & Bisnis

Tips Hentikan Kebiasaan Berhutang

Ekonomi & Bisnis

5 Oktober 2022 11:35 WIB

Ilustrasi. (Foto: Pixabay/geralt)

Solotrust.com - Teknologi dalam bidang finansial memang memudahkan masyarakat untuk meminjam apapun, kapanpun dan dimanapun. Namun, beberapa orang berutang tanpa mempertimbangkan kondisi keuangan mereka.

Demikian disampaikan Kepala Divisi Ilmu Konsumen dan Ekonomi Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema), Institut Pertanian Bogor (IPB) Lilik Noor Yuliati, dalam webinar bertema "Konsumen Cerdas dan Bijak di Era Digital".



"Oleh karena itu, izinkan saya untuk berbagi pengalaman tentang perilaku pinjaman online dan membentengi diri dalam sikap agar tidak berhutang. Karena dengan berhutang jika tidak dapat membayar akan menyebabkan masalah yang lebih besar," kata Lilik.

Dilansir laman resmi IPB, Lilik menjelaskan, saat ini debt syndrome sudah mendarah daging di banyak keluarga. Berhutang bukan lagi karena kebutuhan, tapi sudah menjadi kebiasaan.

Banyak yang menggali lubang dan menutup lubang. Lebih buruk lagi, menjadikan hutang sebagai hobi.

"Padahal, utang memiliki dampak, seperti dampak psikologis, ketidakmampuan membayar dan proses penagihan yang dilakukan secara intimidasi sehingga mengakibatkan trauma, stres, depresi, kecemasan, tidak fokus pada pekerjaan, kehilangan kepercayaan diri, dan sebagainya. Bahkan bunuh diri," katanya.

Selain itu, utang juga mempengaruhi alokasi rumah tangga untuk kebutuhan dasar, kesehatan dan pendidikan. Karena utang belum dibayar, debitur akhirnya memutuskan untuk mengambil utang baru melalui penyedia jasa lain, baik legal maupun ilegal, untuk membayar utang sebelumnya dan menjual atau menggadaikan aset tersebut.

"Dampak sosial dari utang, konsumen mengalami cyber bullying, diintimidasi, menyebarkan data dan foto informan kepada orang-orang yang ada di contact list informan disertai dengan kata-kata yang mendiskreditkan. Kemudian dilakukan pengumpulan kepada keluarga, rekan kerja dan kerabat terdekat sehingga meresahkan keluarga dan hubungan sosial,” jelasnya.

Orang yang terlilit hutang bukan tanpa alasan. Ada tiga faktor yang membuatnya berhutang, yaitu penghasilan yang tidak mencukupi sementara kebutuhan mendesak, pemenuhan tuntutan gaya hidup (perilaku konsumtif), serta pengaruh teman dan iklan di media.

Sebagai upaya agar tidak terlilit hutang, Lilik memberikan tips untuk menghentikan kebiasaan berhutang.

Pertama, membuat catatan keuangan setiap bulan. Yang kedua, membuat rencana penggunaan uang dalam keluarga pada periode tertentu setiap bulan.

Ketiga, sisihkan 10-15 persen pendapatan untuk ditabung. Keempat, simpan dana untuk kebutuhan darurat sebagai bentuk antisipasi bila terjadi risiko yang tidak terduga.

Kelima, buatlah rencana keuangan sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin dicapai.

"Keenam adalah menghentikan kebiasaan belanja yang berlebihan. Kemudian jadikan prioritas belanja untuk memenuhi kebutuhan dan bukan karena keinginan. Tetap menjadi diri sendiri, tidak terpengaruh dengan orang lain. Dan yang terakhir adalah meningkatkan pendapatan keluarga," jelasnya.

Kalaupun harus pinjam online, menurut Lilik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu.

Sebelum berutang, pastikan dengan jelas alasan untuk berhutang. Apakah mampu membayarnya atau tidak. Jika yakin, buatlah rencana.

Selain itu, saat mau berhutang, perlu juga mengecek apakah perusahaan financial technology (fintech) terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk memastikan legalitasnya. Kemudian penting juga membaca syarat dan ketentuan dan pahami risikonya.

Lebih lanjut, sorot Lilik, setelah uang didapat, bukan berarti melepaskan begitu saja tanpa memperhatikan pembayarannya.

"Kita harus ingat tanggal pembayaran cicilan dan langsung bayar. Jangan tunda. Jika diancam atau diteror, segera laporkan ke polisi dan laporkan ke situs resmi OJK," tegasnya. (Lin)

(zend)