BOYOLALI,solotrust.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali pada 2022 berhasil menjaring sebanyak 8061 suspek tuberkulosis (TBC) dari target sebesar 11.082 atau 73 persen dari target 90 persen dari angka pengobatan TBC sebesar 82 persen dari target seratuspersen.
Hal itudiungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Boyolali,Puji Astuti,saat ditemui wartawan dalam acara membangun gerakan bebas TBC menuju eliminasi TBC di Kabupaten Boyolali 2026 dengan kolaborasi bersama semua pihak.
Kasus termotifikasi TBC di Boyolali sebanyak 701 orang dengan 62 orang diantaranya merupakan kasus TBC, didominasi anak anak, 14 kasus TBC HIV, dantigakasus TBC MDR.
"Data tersebut bersumber dari Dinkes Boyolali per 12 November 2022. Jadi kasus TB di Boyolali cukup banyakdan paling banyak didominasi Kecamatan Andong,"kata Puji Astuti. Kasus sudah terlaporkan dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional mencapai 32 persen dari target 90 persen. Dengan begitu, masih ada 58 persen kasus belum ditemukan atau sudah ditemukan,namun belum terlaporkan.
"Masih ada 58 persen kasus yang belum ditemukan atau belum terlaporkan,"ungkap Puji Astuti.
Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama lintas sektor antara Dinas Kesehatan dengan berbagaipihak terkait, mulai dari lembaga lesgislatif, organisasi profesi, serta komunitas.
"Penanganandanpercepatan penanggulangan TBC ini diperlukan keberpihakan semua pihak serta pentingnya pelibatan lintas sektor,"tandasnya.
Sementara itu, Koordinator MSI Boyolali, Diky Kurniawan mengatakan, MSI atau komunitas TBC Boyolali akan menjalin kerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam memperkuat layanan kesehatan masyarakat.
"Kami akan bekerjasama dengan Dinkes Boyolali dalam penanganan kasus TBC. Kami adalah komunitas yang bergerak dalam penanganan kasus TBC,"ucapnya.
Dikatakan, sebagai pendukung peran utama adalah fasilitas kesehatan puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan ini mampu dan berperan melakukan investigasi kontak atau skrining di wilayah domisili kader.
"Penanganan TBC diperlukan pendampingan pasien,pengawasan minum obat serta pelacakan pasien yang mangkir berobat agar kembali melanjutkan pengobatan,"ujar Diky Kurniawan.
Di lain sisi, Ketua DPPM Boyolali, Didik Suprapto, menyebut hingga kini pasien TBC melakukan pemeriksaan ke klinik maupun rumah sakit swasta sehingga penyakit tersebut tidak dilaporkan.
"Awalnya pasien TBC lebih senang periksa ke swasta ke klinik atau tempat kesehatan yang lainnya,sehingga kasus tersebut tidak terlaporkan.Pada kementerian itu yang dinilai dari pelaporan sehingga banyak kasus bocor,"katanya.
Didik Supraptoberharap pada2026 nanti Boyolali bebas dari penularan TBC. (jaka)
(and_)