Serba serbi

Mengenal Stunting, Penyebab dan Cara Pencegahannya

Kesehatan

12 Maret 2023 08:05 WIB

Rembug Stunting tingkat Kelurahan Jajar sebagai forum antara masyarakat dengan pemerintah kelurahan untuk membahas permasalahan stunting. (Foto: Dok. solotrust.com/lay)

SOLO, solotrust.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo terus berupaya menekan angka stunting melalui berbagai program, salah satunya Rembug Stunting di setiap kelurahan.

Sebagaimana tengah pekan ini, pemkot menggelar Rembug Stunting tingkat Kelurahan Jajar sebagai forum antara masyarakat dengan pemerintah kelurahan untuk membahas permasalahan stunting. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka percepatan penurunan stunting di Kota Solo, yakni ‘Menuju Zero Stunting 2024’.



Mengapa bisa stunting?

Stunting sejatinya cukup kompleks karena menyangkut fakor kesehatan dan nonkesehatan. Adapun untuk faktor kesehatan berkaitan erat dengan asupan nutrisi pada anak. Selain itu bisa pula dari sanitasi, dalam hal ini berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah.

Jika mengabaikan kebersihan, bukan tidak mungkin akan terkena infeksi. Pada anak yang terinfeksi virus atau bakteri misalnya, ia akan sering mengalami batuk, pilek, dan diare sehingga bisa memengaruhi nafsu makan.

Sementara untuk faktor nonkesehatan, di antaranya terkait kurangnya pendidikan, pengetahuan orang tua, dan lingkungan. Stunting masalah gizi kronis berjalan dalam waktu relatif panjang sehingga menyebabkan seorang anak bisa gagal tumbuh dan berkembang.

Apa penyebab stunting?

Seribu hari kehidupan manusia mulai sejak dalam kandungan. Karenanya untuk wanita hamil, janin dalam kandungan sudah mulai masuk seribu hari pertama kehidupan. Masa seribu hari pertama kehidupan sangat penting, pasalnya pada momentum ini tidak bisa diulangi lagi.

Dampak dari stunting memengaruhi perkembangan otak yang menjadi tidak optimal karena asupan gizi kurang. Anak menderita stunting cenderung merasa sulit berkonsentrasi dan mengalami kesulitan dalam menerima stimulasi. Kondisi ini bisa meningkatkan penyakit kronik, seperti impotensi dan diabetes di masa mendatang.

Adapun masalah atau kegagalan selama seribu hari pertama kehidupan, di antaranya ibu hamil cenderung mengalami kekurangan energi. Selain itu pada ibu hamil fisiologisnya semakin meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, namun tak seimbang dengan jumlah asupan. Jika ibu hamil terkena anemia dapat menyebabkan bobot janin menjadi ringan. Calon ibu yang stunting dari awal kehamilan bisa kekurangan energi kronis dan anemia yang berisiko melahirkan anak stunting. 

Pada seribu hari pertama kehidupan janin, kebutuhan konsumsi ibu hamil bisa meningkat dua kali lipat. Pasalnya, asupan makanan tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga bagi janin dalam kandungan. Karenanya, sangat penting bagi ibu hamil untuk mengotimalkan kandungan gizi saat mengonsumsi makanan.

Pemberian ASI.

Saat bayi lahir mulai usia nol hingga enam bulan perlu diberikan air susu ibu (ASI) eksklusif. Sementara pada periode kedua, bayi usia enam bulan hingga 24 bulan sebaiknya mulai mendapat supali makanan pendamping (MP) ASI, mengingat setelah usia enam bulan ASI eksklusif sudah tidak mencukupi kebutuhan bayi.

Adapun untuk mencegah stunting di seribu hari pertama, perlunya pemenuhan gizi ibu hamil. Selain itu ditambah pula tablet penambah darah dan pemberian asupan protein hewani.

Konsumsi protein hewani penting guna mendukung pembentukan zat besi di dalam tubuh. Sumber makanan, seperti daging ayam, ikan, hingga telur apabila dikonsumsi bisa mencegah anemia.

Di lain sisi diperlukan pula menjaga pola hidup bersih dan sehat, salah satunya menjaga kebersihan tangan. Jika tidak menjaga kebersihan, terutama tangan bisa menyebabkan diare.

Ibu hamil disarankan memeriksakan kandungan minimal enam kali kunjungan. Saat masa kehamilan, ibu sebaiknya juga mengonsumsi tablet penambah darah untuk mengurangi risiko anemia.

Selama masa kehamilan, ibu juga dianjurkan menghindari minuman bersoda atau beralkohol dan paparan asap rokok. Sebagaimana diketahui, paparan asap rokok berisiko memicu sakit penapasan dan infeksi paru-paru. Jika anak terkena infeksi paru-paru, gejalanya bisa demam dan susah makan. 

Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa meminta setiap pasangan yang akan melangsungkan pernikahan harus mempersiapkan rencana memiliki anak, termasuk merawatnya.

"Harapannya supaya anak-anak yang kita lahirkan itu nanti menjadi generasi unggul dan menjadi generasi benar-benar sehat jasmani maupun rohani dengan otak berkembang baik," ungkapnya. (lay)

(and_)