SEMARANG, solotrust.com - Produksi sampah di Kota Semarang sangatlah tinggi, mencapai seribu ton per hari. Sebagian besar sampah-sampah tersebut berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan hanya sedikit dikelola masyarakat.
Mengatasi persoalan sampah dan potensi TPA melebihi daya tampung, Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota (DP2K) Semarang bersama pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menggelar focus group discussion (FGD) membahas pengelolaan sampah di Kota Semarang, Senin (22/04/2023).
Dalam diskusi, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta semua pihak serius dan ikut terlibat menangani permasalahan sampah. Menurutnya, sampah sudah menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di Indonesia atau di Kota Semarang saja. Oleh karena itu, sampah memang seharusnya ditangani secara cepat dan tepat dari hulu.
Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan, pihaknya menerapkan upaya pilah pilih sampah dengan harapan menjadi salah satu solusi dan cara bagaimana Pemkot Semarang meminimlisasi produksi sampah di TPA.
Selain itu juga daur ulang sampah akan digencarkan sehingga volume yang berakhir di TPA bisa berkurang. Hal itu menurutnya butuh peran dan kesadaran semua pihak, termasuk masyarakat.
“Ada pilah pilih sampah kemudian pemanfaatan sampah mungkin jadi eco enzyme atau menjadi paving untuk limbah plastik dan sebagainya. Ini sebagai upaya kami untuk mengurangi sampah yang dibuang di TPA,” ujar wali kota, saat menghadiri focus group discussion pengelolaan sampah dengan DP2K.
Upaya itu tentu tak maksimal jika hanya dilaksanakan pemerintah saja. Peran masyarakat, termasuk masukan dari DP2K sangat diperlukan untuk membantu pemerintah dalam hal berinovasi. Saran-saran dan nasihat sangat dibutuhkan untuk membantu Kota Semarang semakin baik dalam menangani sampah dengan berbagai aspek.
“Kami berterima kasih kepada DP2K melakukan inisiasi FGD penanganan sampah. Tentu ini sebagai upaya preventif untuk mencegah agar TPA tak cepat penuh atau numpuk. Tentu harus ada penanganan-penanganan mulai dari hulu,” kata Mbak Ita.
Lebih lanjut, selain menimbulkan bau tak sedap dengan adanya penumpukan di TPA, perilaku pengelolaan sampah secara salah selama ini juga menjadi pemicu terjadinya genangan atau banjir di Kota Semarang.
Hal itu karena sampah dibuang ke sungai sangat mengganggu kinerja pompa pengendali banjir. Setidaknya menyebabkan sumbatan dan pendangkalan di aliran sungai. Ke depan, wali kota berkomitmen bakal gencar melakukan sosialisasi dan upaya-upaya lainnya terkait permasalahan sampah.
“Sampah ini tidak hanya menjadi permasalahan polusi atau tempat kotor saja, tetapi menjadi penyebab genangan atau banjir. Adanya FGD bisa dicari solusi untuk penanganan sampah. Selain menunggu realisasi pembangunan sampah energi listrik (PSEL) melalui sistem kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU), karena ini proses panjang tidak bisa hitungan bulan, tapi tahun, diperlukan juga penanganan hulu dan hilir,” papar Mbak Ita.
“Kan bisa juga sampah ini dimanfaatkan dan memberikan manfaat, seperti untuk jadi paving untuk sampah plastik, kompos, atau eco enzyme. Dengan upaya ini sebenarnya sampah bisa diolah dengan manfaat banyak sekali,” imbuhnya. (fjr)
(and_)