JAKARTA, solotrust.com - Pemerintah Indonesia menegaskan komitmen untuk melindungi hak-hak penerbit dan jurnalis di tengah arus deras transformasi digital dan dominasi kecerdasan artifisial (AI).
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menekankan Indonesia mendorong terwujudnya ekosistem digital yang adil, inklusif, dan berpihak pada jurnalisme berkualitas.
“Kami ingin memastikan bahwa teknologi, termasuk AI, tidak menjadi perusak nilai-nilai dasar jurnalistik, tetapi justru menjadi penguat bagi jurnalisme yang independen dan bertanggung jawab,” tegasnya dalam Forum Internasional CTRL+J Asia Pacific (APAC) di Jakarta Pusat, Selasa (22/07/2025), dilansir dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Digital, komdigi.go.id.
Nezar Patria menyoroti perubahan drastis dalam pola konsumsi berita di Indonesia. Sebanyak 57 persen masyarakat Indonesia kini mengandalkan media sosial sebagai sumber berita utama, dan 40 persen menjadikannya sebagai sumber utama informasi harian mereka. Di kalangan usia muda (18–24 tahun), angkanya melonjak hingga lebih dari 50 persen.
“Pergeseran ini membuat industri media nasional menghadapi tantangan serius, yaitu menurunnya pendapatan iklan, turunnya kepercayaan publik, dan kecenderungan menghindari berita arus utama,” ujarnya.
Di tengah dominasi platform digital global yang diproyeksikan menguasai 81 persen belanja iklan APAC pada 2028, Nezar Patria menekankan arti penting regulasi yang adil untuk melindungi hak ekonomi dan moral para jurnalis.
“Pemerintah Indonesia tengah memperkuat upaya regulatif yang mendukung hak penerbit di platform digital. Ini bukan hanya soal keberlanjutan ekonomi, tetapi juga menjaga integritas informasi publik,” ucapnya.
CTRL+J APAC menghadirkan para pemangku kepentingan dari pemerintah, industri teknologi, media, dan masyarakat sipil untuk merumuskan strategi bersama. Salah satu fokus utama diskusi adalah bagaimana menghadirkan model bisnis baru, kemitraan lebih setara, dan pengembangan AI yang etis dan tidak bias terhadap bahasa-bahasa minoritas di Asia Pasifik.
“Kami ingin teknologi menjadi fasilitator, bukan pengganti nilai-nilai jurnalisme. Ini saatnya membangun kolaborasi yang kuat antara media dan raksasa teknologi agar konten berkualitas mendapatkan pengakuan dan kompensasi yang layak,” tutup Nezar Patria.
Forum CTRL+J APAC di Jakarta merupakan kelanjutan dari diskusi global tentang masa depan jurnalisme yang telah digelar sebelumnya di Johannesburg dan São Paulo. Indonesia menjadi tuan rumah untuk kawasan Asia Pasifik yang mengalami lonjakan konsumsi berita digital secara signifikan, terutama melalui media sosial dan perangkat mobile.
(and_)