Pend & Budaya

Simulasi PPDB SMA, Muncul Sejumlah Kendala yang Membuat Siswa Bingung

Pend & Budaya

14 Juni 2019 11:56 WIB

Ilustrasi.

SOLO, solotrust.com - Hasil evaluasi dari simulasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA ditemukan sejumlah kendala yang membuat bingung calon peserta. Beberapa SMP menuliskan nomor SKHUN tidak sesuai standar dengan POS (Prosedur Operasional Standar) UN yang seharusnya, hal tersebut membuat galat pada sistem aplikasi, akibatnya calon peserta tidak terdeteksi.

Baca juga: Verifikasi Berkas PPDB Bisa di Sekolah Manapun



”Di dalam aplikasi diminta untuk mengisi 11 digit terakhir. Ada SMP yang menulis lengkap baru 10 digit. Ada yang sudah 13 digit tapi beberapa nomor ada yang dihilangkan. Sehingga tidak bisa masuk dan terdeteksi dalam aplikasi, membuat anak-anak bingung. Lalu, kami minta untuk konfirmasi ke SMP asal masing-masing supaya dibetulkan sesuai POS yang seharusnya dalam penulisan nomor," terang Ketua Panitia Simulasi PPDB SMAN 3 Surakarta, Sri Widodo kepada solotrustcom, Jumat (14/6/2019)

Menurut dia, penomoran tersebut berbeda-beda tiap-tiap sekolah. Tahun lalu, nomor yang dibutuhkan hanya sembilan digit. Sehingga sekolah yang menuliskan 10 digit sudah bisa terkaver. Sedangkan untuk kendala lain yang dilaporkan berupa, ada sejumlah calon pendaftar dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) tidak bisa memilih sekolah.

”Dalam aplikasi, calon peserta kan harus menginput nomor KIP, saat selesai menginput nomor KIP, lalu keluar token, token itu digunakan calon peserta untuk memilih sekolah, tapi tertolak, belum diperbolehkan memilih sekolah. Jadi dari hasil simulasi kendala-kendalanya kami adukan agar sistemnya diperbaiki,” tukasnya.

Alurnya si calon peserta datang ke sekolah mengumpulkan berkas meliputi, SKHUN, akta kelahiran, KK, prestasi, atau jika ada surat kepindahan orang tua. Kemudian sekolah mendaftarkan anak tersebut agar bisa mendapatkan token untuk memilih sekolah.

Lebih jauh, Widodo menuturkan, bahwa para calon pendaftar ditemui masih kerap melewatkan pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan nomor Kartu Keluarga (KK) padahal harus diisi. Hal itu membuat petugas bagian pencetakan token terpaksa membuka lagi berkas-berkas yang ada untuk melengkapi data yang kosong tersebut. Lantaran ini sistem baru bagi masyarakat, ia coba memaklumi hal itu.

"Simulasi ini dilaksanakan agar meminimalisir ketegangan dari para calon peserta, sebab ada informasi tidak benar yang beredar menyebutkan kalau PPDB tahun ini harus cepat-cepatan,” ujar dia.

Pantauan solotrustcom antusias calon pendaftar membludak dalam simulasi PPPDB online selama dua hari Rabu dan Kamis (12-13/6/2019). Seperti di SMAN3, tampak diburu banyak calon pendaftar. Di hari pertama saja pendaftar membludak mencapai 400 peserta dari target sedianya hanya 120 peserta dari SMP di sekitar sekolah.

Sementara itu, di SMAN 2 Surakarta, kebingungan yang dialami calon pendaftar adalah seputar hak privilege bagi anak berprestasi yang memiliki kuota khusus dalam PPDB online sebesar lima persen.

"Anak berprestasi punya hak zonasi dan jalur prestasi. Jadi dia bisa mendaftar di sekolah zonanya maupun di luar zonanya dengan jalur prestasi. Jika sama-sama diterima yang diprioritaskan adalah jalur prestasinya, misalnya siswa berprestasi mendaftar di sekolah zonanya SMAN 2 dan jalur prestasi di SMAN 4. Lalu keduanya diterima, maka yang diprioritaskan adalah di SMAN 4,” papar Ketua Simulasi PPDB SMAN 2, Dwiarti Maryunani. (adr)

(wd)

Berita Terkait

Berita Lainnya