JAKARTA, solotrust.com - Musim hujan di Indonesia akan dimulai secara bertahap akhir Oktober 2020, terutama dimulai dari wilayah Indonesia Barat. Sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2021. Demikian disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
“Sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Bulan Januari dan Februari 2021, yaitu sebanyak 248 ZOM (72,5 persen),” jelas Dwikorita Karnawati dalam rilisnya, dilansir dari laman resmi Sekretariat Kabinet RI, setkab.go.id, Selasa (08/09/2020).
Menurut Dwikorita Karnawati, pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudra Pasifik menunjukkan adanya potensi La Nina (indeks Nino3.4 = -0.69). Hal ini berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti.
Deputi Klimatologi BMKG, Herizal, menambahkan datangnya musim hujan umumnya berkaitan erat dengan peralihan Angin Timuran bertiup dari Benua Australia (Monsun Australia) menjadi Angin Baratan bertiup dari Benua Asia (Monsun Asia), jelas.
"Peralihan angin monsun diprediksi akan dimulai dari wilayah Sumatra pada Oktober 2020, lalu wilayah Kalimantan, kemudian sebagian wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara pada November 2020, dan akhirnya Monsun Asia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada Bulan Desember 2020 hingga Maret 2021," jelasnya.
Sementara dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 34,8 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada Oktober 2020, yakni di sebagian Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sebanyak 38,3 persen wilayah akan memasuki musim hujan pada November 2020, meliputi sebagian Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sementara itu, 16,4 persen di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT, dan Papua akan masuk awal musim hujan pada Desember 2020.
Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis Awal Musim Hujan (periode 1981-2010), Awal Musim Hujan 2020/2021 di Indonesia diprakirakan Mundur pada 154 ZOM (45%), sama dengan normal pada 128 ZOM (35 persen), dan maju pada 68 ZOM (20 persen).
Selanjutnya, apabila dibandingkan terhadap rerata klimatologis Akumulasi Curah Hujan Musim Hujan (periode 1981-2010), secara umum kondisi Musim Hujan 2020/2021 diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya pada 243 ZOM (71%).
Namun, sejumlah 92 ZOM (27,5%) akan mengalami kondisi hujan atas normal (musim hujan lebih basah), yakni curah hujan musim hujan lebih tinggi dari rerata klimatologis) dan 5 ZOM (1,5 persen) akan mengalami bawah normal (musim hujan lebih kering), yakni curah hujan lebih rendah dari reratanya).
Lebih lanjut, Dwikorita Karnawati menekankan perlunya kewaspadaan dan penyiapan secara lebih dini dan optimal upaya mitigasi para pemangku kepentingan dan pemerintah daerah yang wilayahnya diprakirakan akan mengalami musim hujan lebih maju atau lebih basah.
”Mitigasi tersebut dengan melakukan pengelolaan tata air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, antara lain dengan upaya memenuhi dan menyimpan air lebih lama ke danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya, serta penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air berlebih,” pungkasnya.
(redaksi)