Solotrust.com -Serial Korea Selatan "Squid Game" yang tayang di Netflix terus mencetak rekor. Setelah sebelumnya menjadi serial pertama Korsel yang berhasil memuncaki chart Netflix di AS dan menjadi runner up di chart Netflix global, pada tanggal 23 dan 24 September 2021, serial itu berhasil memuncaki chart Netflix global.
Sebagaimana dikabarkan situs Allkpop, serial sebanyak 9 episode itu mendapat banyak sorotan sejak memuncaki chart Netflix di AS, setelah sebelumnya sukses besar di 83 negara seperti Jepang, Korea, Kanada dan Jerman.
Judul "Squid Game" mengacu pada permainan anak-anak Korea dimana "pemenang-mengambil-semua", sehingga terkadang agresif. Permainan ini menggunakan bidang dengan bentuk geometris di tanah yang menyerupai cumi-cumi.
Song Ki Hoon (diperankan aktor Lee Jung Jae), karakter utama dalam serial ini, diceritakan adalah laki-laki yang menanggung banyak hutang. Dia membutuhkan banyak uang untuk melunasi hutang dari rentenir yang mengerikan, mengobati ibunya yang sakit diabetes akut namun masih harus bekerja keras, dan menafkahi anak perempuan yang sangat disayanginya, yang kini tinggal bersama ibunya yang telah menikah lagi.
Dalam situasi terjepit yang seakan sudah tidak ada harapan, dia mendapat undangan untuk bermain game bersama dengan 455 orang yang kekurangan uang lainnya, dengan hadiah menggiurkan sebesar 45,6 miliar Won.
Semua orang dalam cerita ini dikisahkan memiliki masalah keuangan yang pelik. Mereka berjuang sampai mati dalam menyelesaikan setiap putaran permainan anak-anak yang berbeda, untuk mencapai babak berikutnya, hingga akhirnya menjadi pemenang.
Sebagaimana dikabarkan The Korea Herald, Hwang Dong Hyuk selaku sutradara memilih game tersebut sebagai judul serial karena relevan untuk masa sekarang.
"...Kita hidup di masa dimana permainan itu benar-benar terjadi di sekitar kita dan telah menjadi relevan dengan dunia kita," katanya. Dia menambahkan bahwa orang-orang saat ini hidup di dunia yang sangat kompetitif, seperti para pemain dalam serial itu.
Sang sutradara juga menyatakan bahwa ia berharap hal itu akan mengarahkan pemirsa untuk bertanya tentang bagaimana masyarakat kita saat ini. "Saya harap bagian ini membantu pemirsa untuk bertanya pada diri sendiri pertanyaan seperti apa karakter yang bersaing, mengapa kita berjuang dan menjalani hidup kita dengan cara yang intens, dan dari mana semuanya dimulai," harap Hwang.
Yonhap News baru-baru ini juga menerbitkan artikel tentang bagaimana serial ini mengekspos realita sosial seperti film Korea pertama pemenang Oscar "Parasite".
Yonhap pun meminta komentar dari kritikus budaya pop soal serial ini.
"Serial ini menggunakan permainan sebagai materi pelajaran, tetapi melalui permainan, ia meneliti masyarakat dan kapitalisme," kata Jeong Deok Hyeon, seorang kritikus budaya pop.
"Alasan Ki Hoon terus bertahan bukan karena dia membuat pilihan yang bagus, tetapi karena keberuntungan, yang merupakan kenyataan kita," tambah Jeong.
Jeong melanjutkan, "Ada orang yang mengatakan bahwa game ini terlalu sederhana untuk game bertahan hidup, tapi saya yakin ini untuk menyoroti kebrutalan yang dihasilkan dari game tersebut, daripada game itu sendiri."
Kritikus budaya pop lainnya Kim Seong Soo berkomentar, "Dalam masyarakat kita sendiri, aturannya sederhana, dan ada pemenang dan pecundang. Tapi masalahnya bukan siapa yang menang atau kalah, ini adalah lingkungan dimana pemenang mengambil semua dan yang kalah tidak mendapatkan apa-apa."
Kim juga mencatat penggunaan permainan anak-anak dalam perjuangan berdarah antar orang dewasa yang putus asa dalam serial itu, termasuk "ojingeo game/squid game", kelereng dan "ttakji", yakni permainan membalik kertas yang dilipat di ubin dengan kertas lain.
"Ini adalah permainan yang biasa dimainkan di jalanan, tetapi penulis mengamati bahwa mereka membantu (anak-anak) mempelajari logika 'survival of the fittest', yang perlu Anda ketahui untuk hidup dalam masyarakat Korea," katanya. (Lin)
(wd)