BOYOLALI, solotrust.com - Para peternak sapi perah di sisi Timur lereng Gunung Merapi tepatnya di Desa Madu, Kecamatan Mojosongo, Boyolali mulai mengeluhkan dampak dari penyakit mulut dan kuku (PMK).
Trianto (47), peternak sapi perah Desa Madu mengatakan, selama munculnya penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak sapi, hasil produksi susu mulai menurun. Jika biasanya setiap ekor sapi bisa menghasilkan 15 liter susu per hari, kini hanya mampu tiga hingga empat liter saja dalam satu hari.
“Selama sapi ternak memiliki gejala PMK, hasil susu dari sapi perah menurun dratis. Ini tidak hanya saya saja, tapi hampir dialami para peternak sapi perah di desa kami,” kata Trianto kepada wartawan, Selasa (14/06/2022).
Menurut dia, menurunnya hasil susu pada sapi perah memperparah kondisi yang harus ditanggung pemilik ternak. Pasalnya, selain perawatan hewan ternak meningkat, harga pakan juga mulai mahal.
“Perawatannya sekarang harus ekstra, selain menjaga kebersihkan kandang juga memberikan pengobatan pada hewan. Semua membutuhkan biaya sekarang,” ucap Trianto.
Sampai saat ini, kata dia, ada tiga ekor sapi mengalami gejala PMK dan membutuhan perawatan cukup serius. Secara keseluruhan dari sepuluh ekor sapi dalam sehari biasanya dapat menghasilkan 50 liter susu, kini hanya 15 liter saja.
“Saya memiliki sepuluh ekor sapi. Ada tiga ekor kemarin yang mengalami gejala. Waktu dapat penanganan dari Dinas Peternakan disuntik satu kali,” ungkap Trianto.
Sementara itu, Kepala Desa Madu, Tri Haryadi mengatakan, secara keseluruhan ada sebanyak seribu ekor sapi di Desa Madu. Adapun dari jumlah itu sekira 80 persen terkena penyakit mulut dan kuku.
“Hampir dua bulan ini para pemilik ternak sapi di Desa Madu terpuruk akibat PMK. Selain pendapatan susu menurun, perawatan pada hewan juga meningkat,” ungkapnya.
Selama adanya PMK, kata Tri Haryadi, pihak pemerintah desa melakukan sosialisasi terhadap pemilik ternak sapi.
“Kami berikan sosialisasi terkait kebersihan kandang, penyemprotan disinfektan, dan para peternak ini kami imbau untuk tidak ke tetangga atau ke peternak lain karena penyebarannya cepat sekali, mirip-mirip Covid-19,” tukasnya. (jaka)
(and_)