SOLO, solotrust.com - Menyambut perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) selalu diwarnai dengan euforia berbagai perlombaan. Mulai dari makan kerupuk, pecah air, permainan bola besar dengan berbagai kreativitas, hingga lomba panjat pinang.
Menariknya, kontribusi tersebut tak hanya datang dari anak-anak, namun juga dari para remaja hingga orang tua. Karenanya, momentum ini acap kali menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial masyarakat.
Sayangnya, antusiasme tersebut sempat mengharuskan dibendung karena adanya pandemi Covid-19. Begitu normalisasi digaungkan, tak terkira lauapan ekspresi warga masyarakat.
Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS), Nurhadi menjelaskan hal ini merupakan wujud rasa lega masyarakat.
"Tingginya antusiasme masyarakat dalam menyambut HUT RI kali ini merupakan ekspresi kebahagiaan, rasa lega, dan optimistisme. Hal ini ditunjukkan oleh beragam bentuk perayaan, yang mana hampir semua perlombaan itu bersifat menghibur dan membawa keceriaan," jelas Nurhadi saat dihubungi solotrust.com via seluler, Selasa (09/08/2022).
"Situasi prapandemi dengan situasi pascapandemi sekilas tidak tampak jauh berbeda, sekali pun sebenarnya berbeda. Mungkin suasana hati masyarakat yang berubah. Perayaan pascakrisis biasanya lebih meriah dan aura kelegaan lebih terasa," lanjutnya.
Kepala Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ini berpendapat, pandemi Covid-19 justru membuat persatuan semakin menguat dan ikatan kepercayaan semakin erat. Pada saat yang sama rasa curiga antaranggota masyarakat semakin menipis.
Dalam pemahaman sosiologi, fenomena ini disebut Victor Turner, yang menguraikan tiga fase dalam kehidupan masyarakat, yakni pemisahan (separation), liminalitas (liminality), dan penyatuan kembali (incorporation). Awalnya terjadi disharmoni lalu memuncak kepada krisis, dan akhirnya kembali menyatu dalam ikatan lebih kuat.
Hal inilah yang kemudian dirasakan salah satu masyarakat Dukuh Welar RT 03 RW 07, Desa Pandeyan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Hariyanto ketika mengekspresikan rasa senangnya.
"Senang menyambut lomba, warga senang ada rukun warga. Tahun ini lebih meriah dari tahun kemarin, soalnya tahun kemarin itu sepi nggak ada lomba 17-an, ini sudah normal. Paling kemarin mentok tirakatan aja, itu pun nggak boleh sampai malam harus sudah bubar," ungkapnya kepada solotrust.com saat ditemui di rumahnya. (tiv/rka)
(and_)