SOLO, solotrust.com - Langkah damai dan rekonsiliasi terus digencarkan sejumlah suporter sepak bola Tanah Air usai tragedi Kanjuruhan, Sabtu (01/10/2022) lalu.
Kendati insiden yang terjadi setelah laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya mengakibatkan 125 orang meninggal dunia tak terkait perselisihan dua kubu suporter, namun jatuhnya banyak korban jiwa menjadi pengingat sebagian suporter untuk meminimalisasi korban-korban lain yang barangkali terjadi karena perselisihan antarsuporter.
Salah satu langkah besar diambil pendukung Persis Solo dan PSIM Jogja. Kedua kubu selama 20 tahunan terakhir tak akur ini, akhirnya mencapai kata islah.
Dalam sepekan, dua belah suporter setidaknya bertemu dua kali dalam aksi solidaritas tragedi Kanjuruhan pada Senin (03/10/2022) di Klaten dan puncaknya di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Selasa (04/10/2022).
Terkait itu, Presiden Pasoepati, Maryadi Gondrong kembali mengingat momentum rekonsiliasi Solofans dengan Bonek sedekade silam. Kala itu, kedua suporter mencapai kata islah usai berkonfik berangsur tahunan.
Ia menyebut, perdamaian tak seketika terjadi usai acara seremonial rekonsiliasi. Butuh waktu setidaknya satu hingga dua tahun untuk merontokkan benalu permusuhan kedua pihak.
"Enggak nyampai satu tahun dua tahun, itu akar rumput sudah menyadari. Dulu pada saat dengan Bonek itu yang tidak mau damai itu kan sepanjang rel, tapi sekarang mereka sudah menyadari semua, bahkan setiap kali hadir ke Surabaya mereka sudah kulino kula nuwun (terbiasa minta iznin-red) sendiri," papar Maryadi Gondrong sebelum keberangkatan suporter Solo ke Jogja, Rabu kemarin.
Perlahan, akar perdamaian itu benar-benar tumbuh. Seperti halnya Pohon Cinta yang ditanam simbolis saat rekonsiliasi keduanya pada 8 Januari 2011 silam di Nayu, Nusukan, Solo.
"Sama Bonek bisa terwujud, alhamdulillah," terang Maryadi Gondrong.
Ia berharap, usai pertemuan Solofans dengan pendukung PSIM Brajamusti serta Maident, kedua suporter dari dua kota kembar Mataram ini benar-benar menghilangkan permusuhan.
"Momen ini sebagai awal bahwa Solo dan Yogyakarta itu bisa bersatu. Insyaa Allah satu tahun," ucapnya.
Dirigen Pasoepati tribun Selatan atau Mboergadoel, Agus Warsoep menuturkan, selama proses rekonsiliasi dengan suporter Jogja, diakuinya masih ada segelintir suporter keberatan dengan kata islah. Namun, ia meyakini perdamaian itu bakal benar-benar terwujud lantaran didukung banyak pihak.
"Ya ada yang kontra, malah kitanya yang minta maaf, tetapi enggak banyak. Kalau yang dukung dari pagi (sebelum acara) sudah ramai di medsos (media sosial)," ungkapnya kemarin.
Agus Warsoep berharap, langkah perdamaian ini akan mengembalikan marwah sepak bola dan menghentikan korban-korban yang bisa saja ditimbulkan.
"Saya salah satu yang pengin banget kita damai. Kita juga kesel dengan kondisi seperti ini, harapan kita teman-teman suporter bisa bersatu. Sepak bola Indonesia jadi lebih baik lagi lah. Pastinya tidak hanya bersatu, tetapi juga support teman-teman yang ada di Malang dan tetap kawal usut tuntas tragedi Kanjuruhan," tuturnya.
Dalam hal ini, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menegaskan pihaknya mendukung penuh perdamaian antarsuporter. Tak lama usai pertemuan kedua kubu, ia langsung memajang baliho bergambar tiga logo tim, PSIM, Persis, dan PSS Sleman di depan Stadion Manahan bertuliskan Mataram is Love, Rabu (05/10/2022).
"Satu hal yang jelas, kami apresiasi inisiatif teman-teman suporter luar biasa sekali," terang Gibran Rakabuming, Rabu (05/10/2022) pagi. (dks)
(and_)