BOYOLALI, solotrust.com - Puluhan tuna rungu atau tuli di Boyolali mengikuti sosialisasi keselamatan berlalulintas di jalan raya dan kesehatan reproduksi bagi kalangan remaja di aula Sekolah Luar Biasa (SLB), Minggu (23/06/2024).
Materi sosialisasi diberikan pihak kepolisian Polres Boyolali dan DP2KBP3A Kabupaten Boyolali. Dalam sosialisasi, pihak kepolisian menekankan agar para remaja tuna rungu memerhatikan keselamatan dalam berlalu lintas. Hal itu, menurut Kanit Kamsel Polres Boyolali, Iptu Inggit Nur Singgih guna mengurangi angka kecelakaan lalu lintas di Boyolali.
“Tata cara berlalu lintas atau tertib berlalu lintas di jalan raya ini sangat penting bagi kita semua. Sosialisasi ini untuk mengurangi laka lantas di Boyolali,” ucapnya.
Kepala DP2KBP3A Kabupaten Boyolali, Ratri S Survivalina, mengatakan pentingnya kalangan remaja mendapat materi kesehatan reproduksi. Para remaja saat ini mengalami masa transisi sehingga ke depan tidak mengalami masalah baru, namun dapat menjalani fase kehidupan dengan baik.
“Materi reproduksi ini sangat penting diberikan kepada kalangan remaja sehingga ke depan mereka menjalani kehidupan dengan fase lebih baik,” kata dia.
Selama ini kelompok tuna rungu kerap kali menjadi korban kekerasan. Hal itu karena kurangnya pengetahuan mereka.
“Dengan diberikan bekal kesehatan reproduksi tersebut, diharapkan mereka memiliki ilmu cukup untuk bisa menghadapi berbagai tantangan yang bisa mengancam kehidupan mereka,” jelas Ratri S Survivalina.
Pendamping tuli, Malika bilang, adanya sosialisasi ini teman tuna tuli memiliki bekal berlalu lintas sehingga mereka tidak lagi mengabaikan peraturan berlalulintas di jalan raya.
“Terkadang mereka kurang memahami berlalu lintas, mereka kan tuli, terkadang mereka kebut kebutan, tidak pakai helm dan lainnya. Hari ini kami datangkan dari pihak Polres Boyolali untuk memberikan sosialisasi,” katanya.
Selain sosialisasi tertib berlalulintas di jalan raya, para tuna rungu ini juga wajib memiliki bekal terkait reproduksi di kalangan remaja, sehingga mereka tidak lagi menjadi korban pelecehan seksual atau lainnya.
“Berkembangnya media sosial yang begitu pesat, para tuna rungu atau tuli ini dapat memahami kasus kasus sebelum terjadi pada mereka. Harapannya semua baik baik saja,” pungkas Malika. (jaka)
(and_)