JAKARTA, solotrust.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan status Gunung Marapi di Sumatra Barat menjadi Level II (Waspada) dari sebelumnya Level III (Siaga), terhitung dari 1 Desember 2024 pukul 15:00 WIB.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengatakan penurunan status ini dilakukan PVMBG berdasarkan evaluasi data-data pemantauan aktivitas Gunung Marapi bersifat fluktuatif dengan kecenderungan menurun, terutama dalam waktu satu pekan terakhir.
"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh, maka terhitung dari 1 Desember 2024 pukul 15:00 WIB tingkat aktivitas Gunung Marapi diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi/ancaman bahaya terkini," ujarnya di Jakarta, Minggu (01/12/2024).
Penurunan status ini dijelaskannya dengan memerhatikan rekaman status kegempaan Gunung Marapi yang meski masih terekam, namun jumlah yang sangat jarang dan cenderung menurun.
"Tercatat dari awal November 2024, aktivitas deformasi dengan tiltmeter Stasiun Batupalano cenderung mendatar, terutama pada sumbu tangensial yang mengindikasikan relatif tidak ada perubahan deformasi pada tubuh gunungapi, baik inflasi maupun deflasi,” jelasnya, dilansir dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), esdm.go.id, Senin (02/12/2024).
“Adapun dari citra InSAR satelit Sentinel 1 Gunung Marapi memperlihatkan tidak ada anomali deformasi pada periode waktu 15 hingga 27 November 2024," tambahnya.
Selain itu, laju emisi (fluks) gas SO2 Gunung Marapi dari satelit Sentinel terukur dengan kuantitas tergolong rendah. Terakhir terukur 57 ton/hari pada 24 November 2024. Hal ini mencerminkan aktivitas Gunung Marapi saat ini dominan berupa degassing (pelepasan gas) dengan kandungan gas magmatik SO2 tergolong rendah.
Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Marapi pada Level II (Waspada), PVMGB merekomendasikan sebagai berikut.
1. Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) Gunung Marapi.
2. Masyarakat bermukim di sekitar lembah/bantaran/aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar tetap mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar atau banjir lahar yang dapat terjadi, terutama di saat musim hujan.
3. Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA).
4. Seluruh pihak agar menjaga suasana kondusif di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan pemerintah daerah.
Gunungapi Marapi (2891 mdpl) secara administratif terdapat di dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat. Puncak gunungapi ini berada pada koordinat 0o 22' 47,72" LS - 100o 28' 16,71" BT. Gunungapi Marapi dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi yang berada di Jalan Prof Hazairin No.168 Bukittinggi, Provinsi Sumatra Barat.
Peningkatan Aktivitas Vulkanik Gunung Ibu dan Perubahan Jarak Aman
Per 1 Desember 2024, PVMBG Perubahan Jarak Rekomendasi Gunung Ibu menjadi 4 km, meski demikian PVBMG juga meminta penduduk yang berada di luar radius 4 km dan berada di luar sektoral 5,5 km tetap meningkatkan kewaspadaan dengan mematuhi arahan dari pemerintah daerah.
Periode pengamatan 1 hingga 30 November 2024 (30 hari), PVMBG mencatat terekam 2577 kali gempa letusan/erupsi, 409 kali gempa guguran, 2644 kali gempa hembusan, 16 kali gempa tornilo, 15116 kali gempa vulkanik dangkal, dan 1260 gempa vulkanik dalam, tujuh kali gempa teknik lokal, 438 kali gempa tektonik jauh, dan tiga kali gempa getaran banjir.
"Aktivitas kegempaan Gunung Ibu didominasi oleh gempa vulkanik dangkal, gempa letusan/erupsi, dan gempa embusan mengindikasikan suplai magma di kedalaman dangkal dan aktivitas pelepasan energi. Kenaikan aktivitas vulkanik pada Gunung Ibu dapat memicu erupsi dengan peningkatan ketinggian kolom erupsi," pungkas Muhammad Wafid.
(and_)