JAKARTA, solotrust.com – Sejumlah platform media sosial siap menghapus konten-konten radikal berisi ujaran kebencian. Facebook dan YouTube bahkan dengan tegas akan menurunkan jika ada konten melanggar standar ketentuan.
Keputusan itu diambil setelah Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menggelar pertemuan dengan penyelenggara platform internet (aplikasi media sosial, messenger, chatting) guna saling meng-update status terakhir yang sudah dilakukan, terkait konten terorisme dan radikalisme di platformnya masing-masing. Dalam rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Lt 7 Kementerian Kominfo hadir perwakilan Facebook, Twitter, Youtube serta Telegram.
“Teman-teman melakukan pemantauan dan jika sudah confirm, dilakukan take down akun ataupun konten yang ada, baik di media sosial, messenger atau file sharing,” jelas Menteri Rudiantara dalam siaran persnya, Rabu (16/05/2018)
Berdasarkan update terakhir dari para penyelenggara platform, didapat data Telegram telah menurunkan 287 konten, Facebook dan Instagram dari 450 aduan telah menurunkan sekira 300 konten, Youtube dari 250 aduan sekira 40% sudah diturunkan dan Twitter dari 60 hingga 70 aduan, 50% sudah diturunkan.
“Sisanya masih dalam proses pemantauan. Kerja sama dari platform baik itu Facebook, Google, Youtube, Twitter dan Telegram sangat membantu. Dikarenakan (konten radikalisme dan terorisme) ini menjadi musuh bersama semua, ke depannya saya harap akan meningkatkan kerja sama,” beber Menkominfo.
Dalam kesempatan itu, Public Policy Lead Facebook Indonesia, Ruben Hattari menyatakan Facebook tak akan memberi ruang bagi kekerasan.
“Facebook adalah platform yang tidak ada ruang untuk kekerasan. Apabila menemukan konten yang melanggar standar komunitas kami, pasti akan kami turunkan,” tandasnya.
Youtube juga menegaskan komitmennya memberantas konten kekerasan. Menurut Government Relations and Support for Infrastructure Google Indonesia, Danny Ardianto, YouTube bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk menghapus konten-konten mengarah ke tindak kekerasan dan kebencian.
“Kami punya policy yang kuat di dalam Youtube sendiri bahwa kami tidak membolehkan konten-konten seperti itu ada di platform kami. Saya juga berterima kasih kepada pemerintah dan masyarakat bisa bekerja sama dengan baik,” ujarnya.
(and)