Solotrust.com - Akun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah diblokir Twitter dan Facebook usai memposting pernyataan ke para pendukungnya yang menyerbu Capitol AS.
Dalam pesannya di media sosial, Trump menuliskan kalimat “Aku mencintaimu” sebelum meminta para pendukungnya pulang. Presiden AS lagi-lagi juga mengutarakan klaim tak berdasar tentang kecurangan pemilu.
Terkait pemblokiran itu, pihak Twitter mengatakan diperlukan penghapusan tiga tweet karena telah terjadi pelanggaran berat terhadap kebijakan integritas perusahaan. Akun presiden akan dikunci permanen jika tweet tidak segera dihapus.
Disebutkan pula, jika dia melanggar kebijakan Twitter lagi, pihak perusahaan dapat menangguhkan akun @realDonaldTrump secara permanen.
Itu artinya hari-hari Donald Trump berselancar di Twitter tinggal menunggu hitungan waktu. Sang presiden dikenal tidak begitu memerhatikan pedoman komunitas Twitter.
Sementara itu, Facebook memblokir Trump selama 24 jam. Senada, YouTube pun tak ketinggalan, platform ini langsung menghapus video unggahan Donald Trump.
“Kami menghapusnya karena kami yakin hal itu akan memberikan kontribusi daripada mengurangi risiko kekerasan yang sedang berlangsung,” demikian pernyataan Facebook, dikutip dari BBC, Kamis (07/01/2021).
Sebelumnya, para pendukung Trump menyerbu gedung pemerintah AS dan terlibat bentrok dengan polisi. Aksi itu menyebabkan seorang wanita tewas.
Tindakan kekerasan para pendukung Trump sempat menghentikan proses pengesahan Joe Biden sebagai presiden AS berikutnya. Di ruang parlemen, Partai Republik menantang sertifikasi hasil pemilihan pada November 2020 lalu.
Sebelum aksi kekerasan terjadi, Presiden Trump mengatakan kepada para pendukungnya di National Mall, Washington bahwa pemilu telah dicurangi.
Beberapa jam kemudian, ketika aksi kekerasan meningkat di dalam dan di luar Capitol AS, Trump muncul dalam sebuah tayangan video dan kembali menyatakan klaim palsu tersebut. Presiden juga mengatakan kepada para pedemo, dia mencintai mereka dan menyebutnya sebagai patriot.
YouTube menyatakan telah menghapus video itu lantaran dianggap telah melanggar kebijakan menyebarkan kebohongan pemilu.
Sementara Twitter awalnya tidak menghapus video tersebut, melainkan hanya memblokir kemampuan untuk me-retweet, menyukai dan mengomentari, serta tweet lainnya. Akhirnya, platform media sosial berlogo burung biru ini pun menghapusnya dan memblokir akun presiden.
“Kami telah secara signifikan membatasi keterlibatan dengan tweet yang diberi label di bawah Kebijakan Integritas Sipil kami karena risiko kekerasan,” kata pihak Twitter dalam pernyataannya.
Di lain pihak, Facebook menyebut aksi kekerasan di Capitol AS hari ini adalah aib.
“Kami melarang hasutan dan seruan untuk melakukan kekerasan di platform kami. Kami secara aktif meninjau dan menghapus konten apa pun yang melanggar aturan ini,” tegas pihak perusahaan.
Facebook juga mengatakan saat ini tengah berusaha mencari dan menghapus konten berisi hasutan atau seruan dukungan terhadap penyerbuan Capitol Hill.
Sementara YouTube sudah memiliki kebijakan untuk menghapus hoax alias berita palsu tentang tuduhan penipuan pemilu tak berdasar yang dilontarkan Trump. (and)
(redaksi)