SOLO, solotrust.com - Aktivis sekaligus entertainer muda, Cinta Laura Kiehl menyebut anak muda harus memilih sosok pemimpin yang dirasa tepat pada pemilihan umum (Pemilu) 2024. Ia juga mengatakan pemimpin lebih diimpikan generasi muda adalah sosok autentik.
Hal itu ia ungkapkan pada jumpa pers dalam acara #Demi Indonesia Goes to Kampus UNS di Universitas Sebelas Maret, Rabu (15/03/2023). Menurutnya, dalam setahun ke depan menuju tahun politik, apa pun dapat terjadi dan tak bisa diprediksi. Sebagai warga negara baik, menurut Cinta Laura, ia harus mendorong semua orang, terlebih generasi muda untuk memilih pemimpin yang mereka rasa tepat.
"Kita sudah melihat contoh-contoh di luar negeri seperti di US tahun 2016, Donald Trump menjadi presiden. Banyak yang tidak menyangka dia akan menjadi presiden, tapi ya itu karena banyak sekali anak-anak muda apatis, masyarakat apatis, dan nggak nge-vote, akhirnya sesuatu yang mereka tidak expect (harapkan-red) terjadi," ungkapnya.
Cinta Laura mengaku, meski tak ahli dalam dunia politik, namun menurutnya pemimpin di masa depan mestinya menjadi sosok autentik.
"Anak muda zaman sekarang itu semakin pintar dan semakin bisa mencari informasi untuk diri kita sendiri. Jadi kalau seorang pemimpin menunjukkan suatu persona yang ternyata bukan dirinya sendiri dalam kenyataan, kayaknya itu akan terungkit, so just be your authentic self, be real (untuk itu, jadilah dirimu yang asli, tunjukkan yang nyata) dan jangan membuat janji yang tidak bisa dijadikan kenyataan," ujarnya.
Menurut Cinta Laura, anak-anak muda sekarang lebih membutuhkan sosok seperti itu. Ditambah, generasi saat ini lebih menjunjung tinggi autenticity atau keaslian seorang figur.
"Jangan menjadi munafik karena kemunafikan kita sudah sering lihat di mana-mana dan saatnya kita seadanya saja, just be be who you are (jadilah dirimu sendiri)," katanya.
Hal ini tak bisa dimungkiri, persentase angka generasi pemuda pada pemilu mendatang memang mencapai angka 30 persen. Artinya, suara pemuda sangat berpengaruh pada siapa pemimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Sementara itu, Rektor UNS, Jamal Wiwoho, mengatakan belajar dari sejarah perkembangan politik di tahun-tahun sebelumnya, suasana politik memang memanas saat pesta demokrasi, namun setelah itu semua akan kembali mereda.
"Terutama sejak 1998 di mana dinamika politik di lima tahun dan utamanya sejak tahun 1999 itu manakala terjadi pemilu itu suasana politiknya meningkat sedikit, tetapi setelah itu terus-menerus turun dan normal lagi," kata dia.
Jamal Wiwoho yakin, masyarakat Indonesia saat ini semakin dewasa dalam bidang politik. Menurutnya, siapa pun pemimpin yang nantinya terpilih lambat laun akan diterima masyarakat.
"Pemilu dinyatakan sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan yang sah, pemerintah sah, siapa pun menang di tahun 2024 pasti akan diterima oleh semua masyarakat," tutupnya.
(and_)