Ekonomi & Bisnis

Di Balik Manisnya Ubi Madu: Perjuangan Bakpia Lokal Tawangmangu di Tengah Sepinya Wisatawan

Ekonomi & Bisnis

05 Desember 2024 10:57 WIB

Beberapa pekerja tengah memproduksi bakpia yang menjadi salah satu oleh-oleh khas Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. (Foto: Dok. solotrust.com/Astri Sabrina Anggraini)

KARANGANYAR, solotrust.com - Bakpia sudah lama menjadi salah satu oleh-oleh khas yang melekat di daerah Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Bakpia Lokal, berdiri sejak 2014, telah berhasil mempopulerkan bakpia khas Tawangmangu.

Namun, tahun ini menjadi tantangan besar bagi Bakpia Lokal, sebuah usaha terkenal dengan cita rasa bakpia ubi ungu dan ubi madunya yang autentik. Menurunnya jumlah pengunjung ke Grojogan Sewu, daya tarik wisata utama di Tawangmangu, penjualan Bakpia Lokal mengalami penurunan drastis. Kondisi ini menjadi ujian nyata bagi para pelaku usaha kecil untuk tetap bertahan di tengah situasi tak menentu.



Pemilik Bakpia Lokal Tawangmangu, Samuji, mengaku permintaan produk bakpia dagangannya saat ini cenderung lesu.

“Tahun ini betul-betul tahun sulit, biasanya kalau jualan di tahun-tahun sebelumnya, satu minggu itu bisa di atas seribu, bahkan hampir 2000. Sekarang, satu bulan cuma bisa terjual 2000 boks saja,” ungkapnya, Sabtu (02/11/2024).

Selama ini, menurut Samuji, salah satu produk andalan Bakpia Lokal adalah bakpia ubi madu, dikenal sebagai favorit kedua setelah bakpia ubi ungu. Di urutan berikutnya, bakpia kacang hijau menempati posisi ketiga, disusul bakpia kacang merah di urutan keempat.

Kendati memiliki penggemar setia, produk bakpia ubi madu masih menghadapi tantangan dalam menghasilkan keuntungan optimal. Beruntung, melalui penerapan akuntansi manajemen berbasis pelaporan segmen, Bakpia Lokal berhasil mengidentifikasi beberapa masalah penting dalam operasional mereka.


Sistem ini memungkinkan menganalisis laba dan rugi per segmen atau per produk sehingga mereka dapat lebih memahami produk mana yang benar-benar memberikan keuntungan dan mana yang memerlukan optimalisasi lebih lanjut.

Dengan pendekatan ini, Bakpia Lokal menemukan ada sejumlah biaya dapat dikelola lebih efisien tanpa mengorbankan kualitas. Selain itu, akuntansi manajemen juga memberikan wawasan tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya secara lebih bijak untuk memaksimalkan potensi produk unggulan mereka, termasuk bakpia ubi madu yang memiliki peran strategis sebagai daya tarik bagi pelanggan setia.

Mempertahankan produk seperti bakpia ubi madu bukan semata-mata soal angka. Produk ini bukan hanya favorit pelanggan, namun juga bagian dari identitas merek Bakpia Lokal.

Dalam situasi seperti ini, keberanian untuk bertahan dan terus berinovasi menjadi kunci. Pemilik Bakpia Lokal memahami, meskipun angka penjualan turun, nilai emosional dan loyalitas pelanggan terhadap bakpia ubi madu terlalu berharga untuk diabaikan.

Turunnya jumlah pengunjung ke Tawangmangu, khususnya di Grojogan Sewu, memang menjadi faktor eksternal tak bisa dihindari. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat Bakpia Lokal untuk terus melayani pelanggan dengan produk berkualitas. Upaya mereka untuk tetap relevan di tengah masa sulit ini adalah bukti di balik manisnya ubi madu, ada kerja keras dan strategi bisnis secara cermat.

Solusi dari tantangan ini tidak semudah beralih ke pemasaran digital atau membuka penjualan melalui toko online. Hal ini dikarenakan Bakpia Lokal tidak hanya berperan sebagai produsen yang menjual langsung kepada konsumen, namun juga sebagai pemasok utama ke berbagai pusat oleh-oleh di Tawangmangu dan sekitarnya.

Jika mereka memutuskan untuk berfokus pada penjualan online, ada risiko besar terjadinya perang harga yang merusak stabilitas pasar di pusat oleh-oleh tersebut. Bagi Bakpia Lokal, menjaga hubungan baik dengan mitra bisnis dan memastikan distribusi produk tetap merata adalah prioritas utama dalam mempertahankan keberlanjutan usaha.


Sebagai langkah menghadapi tantangan ini, Samuji sebagai pemilik Bakpia Lokal telah menginisiasi beberapa strategi promosi untuk menarik perhatian pelanggan dan mendorong peningkatan penjualan.

Salah satu strategi diterapkan adalah memberikan diskon sebesar sepuluh persen untuk setiap pembelian lima boks bakpia, serta penawaran spesial berupa diskon sepuluh persen ditambah gratis satu boks untuk pembelian sepuluh boks. Selain itu, Bakpia Lokal juga menghadirkan program gratis icip bakpia setiap hari bagi pengunjung yang datang langsung ke toko.

Dengan strategi ini, Bakpia Lokal tidak hanya berupaya menarik lebih banyak pembeli, namun juga meningkatkan loyalitas pelanggan melalui pengalaman langsung menikmati cita rasa autentik bakpia mereka. Upaya ini mencerminkan semangat untuk bertahan dengan tetap menjaga kualitas dan kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama.

Melalui analisis mendalam, efisiensi operasional dan komitmen terhadap pelanggan, Bakpia Lokal memberikan inspirasi bagi usaha kecil lain untuk tetap bertahan, meski menghadapi badai. Perjuangan ini mengingatkan kita semua ketekunan dan inovasi adalah modal utama untuk melewati masa-masa sulit. Bakpia Lokal tidak hanya menjaga tradisi kuliner lokal, namun juga memperlihatkan di balik setiap produk manis, ada kisah perjuangan tak kalah menginspirasi.

Tantangan ini bukan hanya ujian bagi ketangguhan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tetapi juga pengingat inovasi dan efisiensi adalah kunci untuk bertahan di tengah ketidakpastian.

Dengan langkah tepat, seperti strategi promosi dan optimalisasi diterapkan Bakpia Lokal, bukan tidak mungkin tahun sepi ini justru menjadi pijakan menuju pertumbuhan lebih kokoh di masa depan. 

* Oleh: Astri Sabrina Anggraini. Penulis adalah mahasiswi semester V Prodi Manajemen Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Mas Said Surakarta

(and_)