REMBANG, solotrust.com – Sejarah Islam dan nasionalis di Indonesia sempat menjadi bahasan ceramah ulama pengasuh Pondok Pesantren Alquran, Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kiai Ahmad Bahauddin Nursalim.
Hal ini relevan dengan peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November di tengah-tengah suasana Indonesia memupuk semangat kebangsaan, meski terdiri dari beragam latar belakang.
Gus Baha, demikian panggilan akrabnya menyampaikan, era kebangkitan Indonesia dimulai pada 1908. Kala itu yang kali pertama mencetuskan ide melawan penjajah Belanda adalah kiai-kiai Islam.
“Bikin Serikat Dagang Islam, lama-lama jadi Serikat Islam, lama-lama jadi partai Islam. Dimulai angkatan HOS Cokroaminoto. Jadi tidak bisa Indonesia meninggalkan partai Islam," tuturnya, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Sekolah Akhirat yang berisi ceramah Gus Baha “Antara Nasionalisme dan Keagamaan”.
Menurut Gus Baha, HOS. Cokroaminoto membuat partai Islam adalah sarana mengusir Belanda yang manfaatnya untuk kepentingan Bangsa Indonesia.
"Untuk semua, tidak hanya untuk umat Islam saja," imbuhnya.
Begitu pula ketika Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Muara tujuannya juga untuk semua rakyat Indonesia.
“Untuk semua, bukan untuk partai marhaenisme saja," ucapnya.
Gus Baha menyebut nasionalisme tidak mengurangi keagamaan, saat keagamaan juga tidak mengurangi nasionalisme.
“Opo nak nasionalis, ora wajib salat, opo nek religius tidak wajib nasionalis (Apa kalau nasionalis tidak wajib salat, apa kalau religius tidak wajib nasionalis-red)," tuturnya.
Saat pengajian terbaru di Ponpes Alquran Desa Narukan, Rabu (09/11/2022), Gus Baha menerangkan tafsir Jalalain Surat Al-Jatsiyah.
Ia menyampaikan hakikat orang hidup di dunia, yakni mencari rida Allah Subhanahu wa Ta'ala.
“Carane mbahas Allah ya mbahas Alquran, mbahas Alquran lewat Jalalain. Cung kowe ning ndonya sing penting entuk ridaku (Allah), terus kowe bahasane pengin entuk ridane presiden, ridane menteri, ridane pejabat (Nak, kamu di dunia yang penting mendapatkan rida Allah, terus kamu pembahasannya ingin mendapatkan rida presiden, rida menteri, ridanya pejabat-red). Kan aneh menandingi bahasane pengeran (Allah). Meskipun Allah menyuruh kita baik kepada presiden, menteri dan semua makhluk. Kabeh atas nama perintahe pengeran (Allah)," tandasnya. (mn)
(and_)