SOLO, solotrust.com - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) sekaligus Dokter Spesialis Paru dan Konsultan, Prof Dr Reviono, dr, Sp.P(K) memberikan pandangannya terkait adanya kemungkinan perubahan status pandemi menjadi endemi Covid-19.
Menurutnya, sudah lebih dari dua tahun sejak kasus pertama mengenai Covid-19 resmi didiagnosis, banyak masyarakat sudah lelah akan kondisi ini dan berharap agar segera berakhir. Tak ada satu pun dari para ahli dapat memastikan bagaimana pandemi ini akan berakhir.
"Namun, hal ini bisa dicoba diprediksi dengan mencari tahu kilas balik pandemi flu 1918. Yang mana dapat memberikan peta jalan untuk apa yang diharapkan seabad kemudian. Setelah beberapa tahun fatal virus yang menyebabkan pandemi 1918 akhirnya mereda," kata Reviono.
"Ketika kekebalan populasi dari infeksi meningkat, kematian infeksi meningkat, kematian menurun, dan virus menjadi influenza musiman yang kurang mematikan, meskipun keturunannya masih beredar sampai sekarang,” tambahnya, Senin (14/03/2022).
Belajar dari pandemi flu 1918, virus tidak mungkin hilang sepenuhnya. Namun, tak menutup kemungkinan virus tersebut, dalam hal ini Covid-19 akan berubah statusnya menjadi endemi.
“Faktor yang dapat memengaruhi perubahan status pandemi jadi endemi, yakni kasus stabil atau setidaknya dapat diprediksi. Suatu penyakit dikatakan endemi jika reproduction number stabil pada angka satu, dalam artian satu orang yang terinfeksi rata-rata menginfeksi satu orang lainnya. Kemudian angka kematian yang rendah dan dapat diterima masyarakat. Cakupan vaksinasi yang luas," kata Reviono.
"Para ahli pun mengatakan, peningkatan kekebalan tubuh baik dengan vaksinasi atau infeksi alami, dapat membantu mendorong kita ke endemi dengan Covid-19. Serta munculnya herd immunity yang mana sistem kekebalan mereka tidak akan terkena virus,” imbuhnya.
Reviono menegaskan, harapan Covid-19 berubah menjadi endemi saat ini tengah diupayakan dengan mengusahakan banyak orang mendapatkan perlindungan kekebalan dari vaksinasi. Dengan demikian, penularan akan Covid-19 berkurang dan hanya sedikit yang harus rawat inap juga rendahnya angka kematian, meski virus terus beredar.
“Saat ini yang perlu dipikirkan, bagaimana menuju situasi di mana kita memiliki begitu banyak kekebalan dalam populasi, sehingga kita tidak akan lagi melihat epidemi yang sangat mematikan,” pungkasnya. (awa)
(and_)