SOLO, solostrust.com - Kota Solo termasuk salah satu wilayah di Indonesia dengan ancaman bencana alam cukup tinggi. Oleh karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membentuk beberapa program guna mengantisipasi terjadinya bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Solo, Nico Agus Putranto, mengungkapkan program itu sudah dibuat pada saat mulai siap siaga bencana, yakni awal Oktober dan beberapa program sudah berjalan hingga Desember 2022.
Adapun dari program yang telah dibuat terdapat beberapa sektor, seperti kesiapan BPBD dalam hal ini dengan menyiapkan program peningkatan sumber daya manusia (SDM), personel BPBD, dan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan dalam rangka menghadapi bencana.
BPBD juga membuka program Pusat Pengendali Operasi (Pusdalop) yang siap siaga 24 jam. Program ini digulirkan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat atau pun melakukan pelayanan penanggulangan bencana di Kota Solo.
BPBD menyiapkan program peningkatan kapasitas mereka untuk TRC, yakni melakukan pantauan dan patroli di tempat-tempat rawan bencana, khususnya di sungai-sungai kota yang rawan bencana. Apabila hujan deras durasinya lebih dari 15 menit, BPBD sudah harus patroli di titik titik rawan.
Pada Desember 2022, BPBD membuat program untuk pengurangan risiko bencana dengan membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dengan kegiatan pelatihan, sosialisasi, dan edukasi kepada masyarakat.
"Penanganan bencana tidak bisa hanya dilaksanakan oleh pemerintah saja, tidak bisa dilakukan oleh masing-masing orang saja, tetapi ini urusan bersama sehingga harus diatasi bersama. Pembentukan FPRB salah satunya untuk mewadahi pengurangan risiko bencana yang terdiri atas lima unsur penting, seperti pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, dan juga lembaga nonpemerintah," jelas Nico Agus Putranto, saat ditemui solotrust.com di kantor BPBD Solo, Kamis (05/01/2022).
Dengan adanya lima unsur itu, penanganan bencana di Kota Solo, khususnya dalam hal kesiapsiagaan bencana atau sebelum terjadinya bencana bisa dilakukan koordinasi dan kolaborasi penanganan serta strategi bagaimana menangani bencana di Kota Solo. Dengan begitu, nantinya apabila terjadi bencana dapat diminimalisasi atau bahkan dapat meniadakan bencana.
TRC penanggulangan bencana tingkat kota dibentuk BPBD, terdiri atas pemerintah mulai dari BPBD dan instansi terkait yang ada di Kota Solo, wilayah kecamatan hingga kelurahan. Fungsinya, yakni pada saat terjadi bencana tanggap darurat dapat dilaksanakan TRC kota yang melakukan kajian cepat lingkup yang terjadi bencana, korban bencana, cakupan wilayah bencana, melakukan evakuasi serta pemberian pemenuhan kebutuhan dasar, seperti dapur umum, dan juga merencanakan untuk tempat pengungsian apabila dibutuhkan.
BPBD juga memiliki tugas melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan relawan pada saat tanggap darurat bencana.
"Relawan ini penting, apabila terjadi suatu bencana dapat membantu dalam kajian cepat, evakuasi, dan juga pemenuhan kebutuhan dasar," ucap Nico Agus Putranto.
BPBD tahun ini juga berencana menambah Desa Tangguh Bencana (Destana) di Kota Solo dari semula 12 kelurahan bakal ditambah enam titik lagi.
Pada 2023 pula, BPBD melakukan penguatan serta peningkatan kapasitas, khususnya kapasitas tim BPBD, kapasitas peralatan yang dimiliki, dan juga terdapat peningkatan sumber daya manusia (SDM) dengan pelatihan-pelatihan penanggulangan bencana, serta meningkatkan kualitas dan kapasitas FPRB. (set)
(and_)