Hard News

Label Halal Indonesia Disebut Jawa Sentris, Ini Penjelasan Kemenag

Nasional

14 Maret 2022 19:31 WIB

Label Halal Indonesia (Dok. kemenag.go.id)

JAKARTA, solotrust.com - Label Halal Indonesia banyak mendapat perhatian dari masyarakat. Beberapa pihak menilai jika label baru ini Jawa sentris karena berbentuk gunungan wayang dan motif batik lurik atau surjan.

Kapala Pusat Registrasi Sertifikasi Halal pada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag), Mastuki, mengatakan pemilihan bentuk gunungan dan batik lurik dalam label Halal Indonesia bukan berarti Jawa sentris.



“Pemilihan label halal yang menggunakan media gunungan wayang dan batik lurik itu tidak benar kalau dikatakan Jawa sentris,” tegasnya di Jakarta, Senin, 14 Maret 2022, dilansir dari laman resmi Kementerian Agama RI, kemenag.go.id.

Ada tiga penjelasan disampaikan Mastuki terkait hal ini. Pertama, baik wayang maupun batik sudah menjadi warisan Indonesia yang diakui dunia. Keduanya ditetapkan UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya nonbendawi (intangible heritage of humanity).

“Wayang ditetapkan pada 2003, sedang batik ditetapkan enam tahun kemudian, yaitu pada 2009,” jelas Mastuki.

“Karenanya, baik batik maupun wayang, keduanya adalah representasi budaya Indonesia yang bersumber dari tradisi, persilangan budaya, dan hasil peradaban yang berkembang di wilayah Nusantara,” sambungnya.

Kedua, penetapan label halal Indonesia dilakukan melalui riset cukup lama dan melibatkan ahli. BPJPH tidak serta merta menetapkan label halal ini hanya pada satu pertimbangan, namun banyak sekali pertimbangan.

Pertimbangan besarnya adalah bagaimana label yang akan menjadi brand untuk produk beredar di Indonesia maupun luar negeri dan bersertifikat halal itu memiliki makna, diferensiasi, konsistensi, dan distingsi (keberbedaan).

“Distingsi ini bukan asal berbeda, tapi keberbedaan yang menjadi ciri khas dari Indonesia, sekaligus menghubungkan antara ke-Iindonesiaan dan keislaman. Keduanya sudah menyatu dalam peradaban kita beratus tahun, sehingga penggunaan elemen bentuk, elemen warna dari budaya yang berkembang di Indonesia sangat sah dan dapat dipertangungjawabkan,” papar Mastuki.

Ramuan dari berbagai elemen bentuk, corak, dan warna itulah yang menjadi dasar desain label halal. Ditambah dengan studi elemen visual bentuk logo/label yang digunakan Badan/Lembaga Sertifikasi Halal seluruh dunia.

"Ada 12 opsi/alternatif desain label halal yang disodorkan ke BPJPH dengan berbagai bentuk yang sangat kaya merepresentasikan kekayaan budaya Islam dan Indonesia," tambahnya.

Ketiga, gunungan wayang, tidak hanya digunakan di Jawa. Dalam sejumlah tradisi masyarakat yang lekat dengan wayang, juga menggunakan gunungan, misalnya, wayang Bali dan wayang Sasak.

“Wayang golek yang berkembang di Sunda juga menggunakan gunungan,” tandasnya. 

(and_)

Berita Terkait

Heboh Soal Antiseptik Beralkohol dengan Label Halal, Ini Penjelasan BPJPH

Silaturahmi ke Ahmad Luthfi, Kakanwil Kemenag Jateng Sampaikan Perkembangan Persiapan Ibadah Haji 2025

Apa Itu Kurikulum Cinta? Ini Dia Pengertian dan Strategi Implementasinya

Pemantauan Hilal Awal Ramadan 1446 H Digelar di 125 Titik se-Indonesia

Semangat Melayani Umat, Nyanyikan Jingle CTC Jawa Tengah di Upacara HAB 79 Kemenag

Jateng Borong Semua Piala LKBB, Film Pendek, Karya Essay Madrasah Tingkat Nasional 2024

Pengembangan Kompetensi Tim Efektif SISDALAK P5RA, Kakanwil Kemenag Jateng Sampaikan Strategi Madrasah Rahmatan Lil Alamin

Indonesia Siapkan Kolaborasi Penguatan Pangan Halal di Asia Tenggara

Serunya Ngabuburit Gelar Wayang Kulit sekaligus Bagi-bagi Takjil

Disdikbud Boyolali Gelar Wayang Kulit Baratayuda Selama 7 Hari di Gelanggang Anuraga

Cabup Marsono Bersama Seniman Peringati Hari Wayang Nasional di Sawit Boyolali

Peringati Hari Wayang Dunia, Vivit-Umam Komitmen Geliatkan Kesenian Wayang di Rembang

Hari Wayang Dunia X, Isi Solo Gelar Ruwatan Massal hingga Seminar

Pilkada Boyolali, Pendukung Marsono-Saifulhaq Doa Bersama di Gelaran Wayang Kulit

Warga Desa Sruni Boyolali Gelar Tradisi Arak Sapi dan Gunungan Keliling Kampung

Ribuan Warga Banyudono Boyolali Berebut Gunungan Hasil Bumi di Pasar Pengging Baru

Perayaan Iduladha Keraton Solo, Masyarakat Berebut Gunungan di Grebeg Besar

Dugderan 2024 Makin Meriah, Banyak Beduk Raksasa dan Gunungan Ganjel

Tradisi Sebaran Apem Keong Emas di Banyudono Boyolali, 30 Ribu Kue Apem jadi Rebutan

Peringati Maulid Nabi di Tengah Pandemi, Masjid Agung Surakarta hanya Gelar Pengajian

Berita Lainnya